Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Wapres JK Anggap Kualitas Film Indonesia Belum Setara Bollywood

JK mengatakan untuk meningkatkan kualitas perfilman Indonesia dibutuhkan inovasi.

29 Maret 2019 | 23.22 WIB

Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah) menyerahkan apresiasi kesetiaan kepada sepuluh orang penerima dan sertifikat kompetensi bidang editor dan operator kamera dalam pembukaan perayaan Hari Film Nasional di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat, 29 Maret 2019. TEMPO/Friski Riana
Perbesar
Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah) menyerahkan apresiasi kesetiaan kepada sepuluh orang penerima dan sertifikat kompetensi bidang editor dan operator kamera dalam pembukaan perayaan Hari Film Nasional di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat, 29 Maret 2019. TEMPO/Friski Riana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK mengatakan kualitas film Indonesia belum setara Hollywood maupun Bollywood. Hal itu diungkapkan JK saat membuka perayaan Hari Film Nasional ke-69 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, pada Jumat, 29 Maret 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca: Muhadjir Effendy Sebut JK Banyak Berjasa untuk Film Nasional

"Tapi tentu kita mengarah pada kemampuan-kemampuan seperti itu (Hollywood dan Bollywood)," kata JK dalam sambutannya.

JK mengatakan, untuk meningkatkan kualitas perfilman Indonesia dibutuhkan inovasi. Sebab, film memiliki fungsi sebagai hiburan, pendidikan, dan industri dari berbagai sektor.

"Karena kalau film berkembang, maka banyak cabang-cabang industri yang berkembang, baik industri filmnya, industri bioskop layar lebar, industri makanan, industri berbagai hal yang menjadi pengaruh atau dibutuhkan dalam hal-hal industri film tersebut," ujar JK.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Menurut dia, kreatifitas akan muncul jika dibutuhkan. Begitu pun hiburan. Salah satu pendorongnya adalah dengan banyaknya masyarakat yang menonton film di layar lebar, seperti bioskop. Hal ini, kata JK, memberikan angin segar bagi industri perfilman nasional. Apalagi, beberapa tahun terakhir ini, perfilman Indonesia telah kembali bangkit.

JK menyebutkan, penonton film di layar lebar pada 2015 hanya 16 juta, pada 2016 meningkat menjadi 34 juta, dan pada 2017 sudah lebih 40 juta. Selain itu, JK mengatakan produksi film juga meningkat, bukan hanya di Jakarta tetapi juga tumbuh di kota-kota seperti Makassar yang sesuai dengan kondisi lokal yang juga menarik untuk ditonton.

Karena itu, JK menyampaikan terima kasih kepada insan perfilman yang telah memajukan film, aktor, aktris, saudara, produser, pembantu, dan masyarakat penikmat film nasional. Ia berharap, dengan munculnya kebutuhan dari masyarakat, industri film menjadi sebuah bisnis yang besar.

Baca: JK Serahkan Apresiasi Kesetiaan pada Ikranagara Dkk

"Film juga merupakan suatu bisnis yang besar, begitu banyak orang yang bekerja di film. Karena itulah maka fungsi-fungsi hiburan, pendidikan, industri dan bisnis yang besar merupakan hal yang dibutuhkan suatu negara untuk memberikan kita fungsi-fungsi tersebut," ucapnya.

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus