Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
DI sebidang tanah kering lelaki itu berhenti. Wajahnya memerah terpanggang matahari. ”Di sinilah tempatnya,” kata Sulaiman, yang mengantar Tempo. Suara-nya datar dan penuh keyakinan. Lokasi- tanah yang ditunjuk tak beda dengan parit di kampung-kampung. Tak ada yang istimewa. Tempat itu tak tampak menyiratkan sebagai bekas lokasi keraja-an. Misalnya adanya sisa artefak berharga seperti tembikar.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo