Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - CEO SpaceX dan Tesla, Elon Musk, berbicara tentang menempatkan teknologi chip canggih ke dalam otak manusia pada awal tahun depan. Hal tersebut akan dilakukan melalui Neuralink, perusahaan Musk yang didirikan pada 2016 untuk mengembangkan brain-computer interface (BCI).
"Tujuan awalnya adalah untuk memungkinkan orang mengendalikan komputer atau smartphone hanya dengan menggunakan pikiran mereka. Namun, visi saya jauh lebih ambisius dari pada itu, saya berupaya untuk menggabungkan manusia dengan AI," ujar Musk seperti dilaporkan laman scientificamerican, baru-baru ini.
Menurut Musk, itu merupakan sebuah tujuan yang jauh lebih mengasyikkan dari pada pengembangan teknologi baru. Neuralink telah mengembangkan konsep pemrograman array dengan sejumlah saluran hingga 3.072 elektroda fleksibel.
Saluran tersebut dapat ditanamkan di lapisan luar otak, atau korteks, menggunakan robot bedah yang digambarkan sebagai mesin jahit seperti diunggah dalam bioRxivawal tahun ini. Elektroda dikemas dalam perangkat kecil yang ditanamkan dan mengandung sirkuit terintegrasi yang dibuat khusus, serta terhubung ke port USB di luar otak.
"Dalam catatan yang lebih praktis, tujuannya untuk merekam dan merangsang sinyal yang disebut lonjakan neuron dengan urutan bandwidth lebih besar dari apa yang telah dilakukan agar lebih aman," kata Musk.
Neuralink bermaksud membuat elektroda menulis sinyal kembali ke otak untuk memberi umpan balik indera dalam bentuk sentuhan atau stimulasi visual retina. Perusahaan juga melaporkan beberapa hasil awal dari antar muka saraf yang diuji pada tikus putih, dan sedang melakukan percobaan pada monyet di University of California.
Profesor teknik listrik dan biomedis Universitas Columbia Ken Shepard menjelaskan bahwa pekerjaan di bidang itu cukup hebat, dia berfikir hal itu sangat luar biasa dan memberikan perhatian. Shepard juga merupakan bagian dari inisiatif badan penelitian proyek pertahanan lanjutan untuk mengembangkan chip tersebut.
"Neuralink berfokus pada tiga tema yang akan penting bagi teknologi antar muka otak-komputer di masa depan," kata Shepard. "Bahan fleksibel untuk elektroda, miniaturisasi elektronik dengan teknologi sirkuit terpadu dan interaksi nirkabel sepenuhnya dengan perangkat luar.
Salah satu masalah besar dengan elektroda yang ada adalah dapat merusak pembuluh darah ketika otak bergerak seperti halnya dengan setiap napas dan detak jantung. Perangkat baru ini bertujuan untuk mengatasi masalah dengan menggunakan jarum kecil tapi kaku yang menyisipkan benang elektroda berbasis polimer fleksibel.
Mungkin standar emas dalam rekaman saraf untuk penelitian BCI adalah Utah Array, yang terdiri dari grid kaku hingga 128 saluran elektroda. Array ini telah berhasil digunakan di sejumlah BCI, termasuk perangkat BrainGate yang dikembangkan para peneliti di Brown University.
"Mereka telah membuat kemajuan yang signifikan," tutur Shepard. Namun, dia menambahkan, tantangannya adalah menyusutnya sambungan listrik antara sirkuit terintegrasi dan memasukkan lebih banyak elektroda tanpa secara signifikan meningkatkan ukuran perangkat. "Tantangan besar lainnya adalah regulasi," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini