Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Ilmuwan NASA Ingin Kembalikan Status Pluto sebagai Planet

Tim misi Pluto NASA berpendapat bahwa definisi planet saat ini secara teknis cacat.

21 Februari 2017 | 14.12 WIB

Sebuah pemandangan matahari terbenam di permukaan Pluto yang diambil oleh  New Horizons, dari atas ketinggian 3.500 m. Sebagian besar permukaan Pluto merupakan dataran es yang disebut  Sputnik Planum. Dailymail
Perbesar
Sebuah pemandangan matahari terbenam di permukaan Pluto yang diambil oleh New Horizons, dari atas ketinggian 3.500 m. Sebagian besar permukaan Pluto merupakan dataran es yang disebut Sputnik Planum. Dailymail

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Washington, DC – Peneliti utama untuk New Horizons (misi Pluto NASA), Alan Stern, dan sesama ilmuwan New Horizons ingin mengembalikan status Pluto sebagai planet penuh. Untuk itu, mereka ingin mengubah definisi planet.

Dengan kata sederhana, mereka ingin kata planet untuk menggambarkan semua benda bulat di antariksa yang lebih kecil daripada bintang, demikian dilaporkan Engadget, Selasa, 21 Februari 2017.

Baca:
Penjelasan Soal Gempa Langka yang Mengguncang Madura
Video Pendaratan SpaceX Falcon 9 Saat Kembali dari Antariksa
Xiaomi Bikin Cip Pinecone, Dirilis 28 Februari


Menurut proposal yang akan mereka presentasikan di Lunar and Planetary Science Conference, mereka ingin kata planet untuk mendefinisikan setiap massa sub-bintang yang tidak pernah mengalami fusi nuklir dan yang memiliki gravitasi sendiri, dan tanpa memandang parameter orbitnya.”

Berdasarkan definisi baru, Pluto akan mendapatkan statusnya kembali. Tapi bukan hanya Pluto yang akan mengubah klasifikasi: bahkan bulan akan diakui sebagai planet.

Berdasarkan definisi International Astronomical Union (IAU) saat ini, sebuah obyek hanya dapat diklasifikasikan sebagai planet jika (a) memiliki orbit di sekitar Matahari, (b) memiliki massa yang cukup bagi gravitasinya untuk mengatasi kekuatan rigid sehingga ia memiliki bentuk kesetimbangan hidrostatik (hampir bulat), dan (c) telah membersihkan lingkungan di sekitar orbitnya.

Pluto dikeluarkan karena tidak jelas orbit dari asteroid dan kometnya. Plus, ia hanya sekitar dua kali ukuran bulannya, Charon. Stern berpikir alasan itu omong kosong. Ia dan timnya pun berpendapat bahwa definisi saat ini secara teknis cacat.

“Pertama, mengakui planet hanya benda-benda yang mengorbit matahari, bukan yang mengorbit bintang lain atau mengorbit bebas di galaksi sebagai ‘planet nakal’. Kedua, ia memerlukan pembersihan zona, di mana tidak ada planet di tata surya kita dapat memuaskan hal ini, ujar Stern.

“Akhirnya, dan yang paling parah, dengan meminta pembersihan zona, membutuhkan obyek semakin besar di tiap-tiap zona berturut-turut. Sebagai contoh, bahkan obyek seukuran bumi di Sabuk Kuiper tidak akan membersihkan zonanya, kata Stern.

Tidak jelas apakah tim berencana secara resmi mengajukan proposal mereka ke IAU. Tetapi, jika mereka melakukannya dan itu akan disetujui, kita akan berpotensi memiliki ratusan nama planet baru untuk dihafal.

ENGADGET | ERWIN Z



Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus