Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Teknologi & Inovasi

Kelompok Hizbullah Bombardir Pangkalan Israel dengan Roket Katyusha, Jenis Roket Apa?

Kelompok Hizbullah melakukan serangan balasan ke pangkalan tentara Israel dengan roket Katyusha. Ini segala hal tentang roket tersebut.

10 Juli 2024 | 21.15 WIB

Roket Katyusha. Kredit: Wikipedia
Perbesar
Roket Katyusha. Kredit: Wikipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok Hizbullah mengaku menyerang pangkalan tentara Israel sebagai balasan atas serangan mereka di desa-desa di Lebanon bagian selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dalam pernyataannya, kelompok tersebut mengatakan petempur mereka menyerang permukiman HaGoshrim di wilayah Galilee utara dengan rentetan roket Katyusha dan juga menyerang sebuah gedung di permukiman Metula yang digunakan Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Intersepsi roket yang diluncurkan dari Lebanon ke Israel melewati perbatasan, di tengah permusuhan lintas batas yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan pasukan Israel, menutup perbatasan Israel dengan Lebanon, di sisi Israel, 27 Juni 2024. Pihak Hizbullah mengaku telah menyerang pangkalan militer Israel di Israel utara dengan puluhan roket Katyusha. REUTERS/Ayal Margolin

Profil Roket Katyusha

Roket Katyusha bukan pertama kali ini saja digunakan sebagai alat menyerang Israel. Pada 6 April 2023, 34 roket jenis ini menyerang Israel. Jenis roket Katyusha terkenal untuk multipeluncurnya yang tersusun rapat dalam sebuah rak baja besar. Diintegrasikan pada truk multifungsi, Katyusha telah digunakan sejak era Perang Dunia I. 

Awalnya, Katyusha didesain sebagai alternatif artileri yang murah dan terjangkau. Uniknya, katyusha pertama kali didesain untuk dilepaskan dari pesawat tempur, bukan platform di darat. Dibangun berlandaskan kesuksesan awal dari roket udara-ke-udara di Perang Dunia I, Biro Riset Moskow mengembangkan RS-132, 'rocket shell' pesawat dengan sirip stabilisator pada 1931. 

Nama “Katyusha” bukanlah nama resmi senjata ini. Peluncur BM-13 orisinal dibuat di pabrik yang dikenal sebagai Voronezy Komintern dan memiliki logo huruf K berukuran besar padanya. Para serdadu bercanda kalau huruf itu untuk Katyusha atu 'Katie'--judul lagu balada rakyat populer pada 1938 tentang seorang perempuan yang terpisah dari kekasihnya karena perang. 

Roket Katyusha bisa menembakkan berturut-turut hingga empat lusin roket dengan jangkauan lebih dari enam mil atau sembilan kilometer. Kendaraan peluncuran ini dikenal sebagai BM-13  Uji pra-perang menunjukkan hanya empat truk yang dibutuhkan untuk melepaskan kekuatan menembak setara 75 meriam ke target seluas 1,5 mil persegi di darat dalam kurang dari semenit. 

Walaupun tak seakurat roket jenis Howitzer, kemampuan konsentrasi Katyusha bisa menghujani area yang luas dengan banyak roket berdaya ledak tinggi. Mobilitas tinggi juga memungkinkannya menerapkan taktik 'shoot and scoot'.  Sepanjang 1941 sampai 1945 saja, pabrik senjata di Uni Soviet telah memproduksi 10 ribu peluncur roket legendaris ini karena dinilai efektif. 

Sementara peluncurnya dapat melepaskan volume roket dengan kekuatan yang menghancurkan, para komandan artileri di lapangan pada awalnya tak terlalu antusias terhadap senjata baru ini. Roket-roket generasi awalnya jauh dari akurat. Lebih parahnya lagi, memuat ulang peluncur yang sudah kosong adalah proses yang berat dan lamban--butuh hampir sejam untuk mengisi BM-13 untuk bisa mengulang tembakan salvo terdiri dari selusin roket. 

Meskipun begitu, militer senang dengan murahnya sistem senjata ini--setiap kendaraan mewakili sebagian saja yang yang dibutuhan untuk satu meriam. Tambahan lagi, peluncur bisa dibuat di fasilitas industri ringan, di mana manufaktur artileri umumnya memerlukan pabrik kelas industri berat. 

Roket-roket ini pertama digunakan di bulan pertama invasi Jerman ke Uni Soviet. Saat pecah perang dekat Smolensk pada 14 Juli 1941, hanya tujuh peluncur eksperimental mampu melumpuhkan sebuah formasi infanteri Jerman di Kota Rudnya. Pasukan Jerman dibuat kocar kacir dan meninggalkan kota itu. Demo tersebut cukup membuat komando Soviet percaya diri roket-roket itu bisa menjadi sebuah game changer. Di akhir perang, terhitung Soviet mengerahkan hampir 520 baterai Katyusha.

Tentara Merah Uni Soviet atau sekarang Rusia terus menajamkan konsep Katyusha sampai 1950 dan 1960-an. BM-21 Grad atau “Hail” adalah satu di antara evolusinya. Dia mampu menembakkan sampai 40 roket M-21 yang berukuran diameter 128 mm dalam waktu kurang dari 20 detik. Peluncur-peluncur yang sudah diperbarui juga dapat digunakan untuk melepaskan munisi lain termasuk rudal antitank, bom asap, dan ranjau darat. Jangkauannya 13 mil atau 20 kilometer.  

ANANDA RIDHO SULISTYA  | ZACHARIAS WURAGIL 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus