Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Populasi Harimau Sumatera di Bengkulu Tersisa 17 Ekor

Populasi harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae) yang hidup di wilayah Provinsi Bengkulu diperkirakan tersisa sebanyak 17 ekor.

23 Januari 2017 | 14.40 WIB

Harimau Sumatera. TEMPO/Robin
Perbesar
Harimau Sumatera. TEMPO/Robin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung menyebutkan jumlah populasi harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae) yang hidup di kawasan hutan wilayah Provinsi Bengkulu diperkirakan tersisa sebanyak 17 ekor.

”Hasil monitoring pada 2016 melalui spot gangguan atau konflik, baik dari laporan masyarakat maupun hasil patroli petugas, diperkirakan populasi harimau di Bengkulu tinggal 17 ekor,” kata Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BKSDA Bengkulu-Lampung, Said Jauhari, di Bengkulu, Senin.

Said mengatakan konflik satwa dilindungi harimau tertinggi terjadi di wilayah Kabupaten Seluma, lalu diikuti Kabupaten Bengkulu Utara.

Fragmentasi kawasan hutan akibat perambahan liar menjadi kebun serta perburuan satwa liar menjadi tantangan utama dalam pelestarian harimau Sumatera.

Padahal pemerintah menargetkan peningkatan populasi harimau Sumatera dan gajah Sumatera di habitatnya sebesar 3 persen per tahun.

”Untuk peningkatan populasi satwa terancam punah ini, kami memprioritaskan perlindungan kawasan hutan yang menjadi habitatnya,” ujarnya.

Salah satu kawasan yang dianggap menjadi rumah harimau Sumatera adalah Taman Buru Semidang Bukit Kabu seluas 9.000 hektare di Kabupaten Seluma.

Mengatasi perambahan di Taman Buru Semidang Bukit Kabu yang mencapai seluas 1.500 hektare menjadi program prioritas BKSDA dengan melibatkan masyarakat perambah untuk menghutankan kembali kawasan itu.

Selain itu, perlindungan kawasan tersebut dilakukan dengan mengusulkan peningkatan status kawasan hutan tersebut dari taman buru menjadi kawasan suaka margasatwa.

”Karena selain harimau, di kawasan hutan itu terdapat jenis satwa liar dilindungi lainnya, seperti siamang dan beruang madu,” katanya.

Said menambahkan, bila habitat satwa langka itu dalam kondisi baik, secara alamiah populasinya akan bertambah sehingga terhindar dari kepunahan.

ANTARA



Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nurdin Saleh

Nurdin Saleh

Bergabung dengan Tempo sejak 2000. Kini bertugas di Desk Jeda, menulis soal isu-isu olahraga dan gaya hidup. Pernah menjadi juri untuk penghargaan pemain sepak bola terbaik dunia Ballon d'Or.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus