Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Ternyata Ebola Sudah Menjangkiti Hewan Terlebih Dahulu

Ebola telah menyerang hewan dengan gejala yang hampir sama, yaitu flu berat disertai pendarahan hebat.

30 Maret 2015 | 16.04 WIB

Seekor gorilla dipotret di Taman Nasional Bwindi Impenetrable, Ruhija, 550 km sebelah Barat Kampala, ibukota Uganda, (24/5).  Diperkirakan gorilla yang masih hidup di seluruh dunia tinggal 880 ekor saja, separuhnya hidup di hutan Bwindi Impenetrable.  REU
Perbesar
Seekor gorilla dipotret di Taman Nasional Bwindi Impenetrable, Ruhija, 550 km sebelah Barat Kampala, ibukota Uganda, (24/5). Diperkirakan gorilla yang masih hidup di seluruh dunia tinggal 880 ekor saja, separuhnya hidup di hutan Bwindi Impenetrable. REU

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Virus ebola dalam setahun belakangan ini telah menjadi teror tersendiri di Afrika, terutama Afrika Barat. Epidemi ini telah memberangus lebih dari 10 ribu jiwa dan sangat menular.

Namun ternyata, dalam dua dekade ke belakang, ebola telah menyerang hewan dengan gejala yang hampir sama, yaitu flu berat disertai pendarahan hebat. Virus dengan kode EHV atau EVD itu menjangkiti ribuan spesies kera raksasa di Afrika dengan presentasi kematian 95 persen.

Pakar ekologi dan biologi dari University of California, A. Marm Kilpatrick, mengatakan bukan tak mungkin virus menyebar dari manusia ke hewan liar dan sebaliknya. “Hal ini karena tingginya aktivitas perdagangan dan perjalan, sehingga patogen menjangkau lokasi baru,” katanya.

Seperti dilansir BBC, Jumat, 27 Maret 2015, awal 1990-an, ebola menyerang simpanse yang tinggal di Taman Nasional Tai, Pantai Gading. Pada waktu yang sama, populasi gorila di Kongo berkurang drastis akibat ebola.

Pada periode 2002-2003, ebola kembali membunuh 5.000 gorila di pusat penangkaran primata Lossi Sanctuary, Pantai Gading. Setahun kemudian, ratusan gorila di Taman Nasional Odzala, Kongo, menjadi korban selanjutnya.

Menurut ekologis dari Bangor University, Inggris, Julia P. G. Jones, kasus seperti ini bukan tak mungkin terulang kembali. "Efek ebola bisa semakin buruk jika perburuan dan penebangan hutan yang mengancam ekosistem hewan terus berlanjut," ujarnya.

Vaksin yang sedang dikembangkan belakangan ini dipercaya bisa digunakan mengobati spesies kera raksasa, karena kera kerap dijadikan kelinci percobaan vaksin.

BBC | ANDI RUSLI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Andi Ibnu

Andi Ibnu

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus