Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Musim lalu, Manchester United finis di posisi kedelapan klasemen Liga Inggris. Sejak era Liga Premier pada tahun 1992, Setan Merah tidak pernah berada di posisi yang lebih rendah dari itu. Selama 38 pertandingan, Manchester United kebobolan satu gol lebih banyak daripada gol yang mereka cetak. Ini merupakan rekor terburuk klub di era Liga Premier.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Terakhir kali tim Manchester United menghasilkan selisih gol negatif adalah pada tahun 1990. Dengan kepemilikan saham Sir Jim Ratcliffe, Setan Merah akhirnya membuat keputusan besar dengan mendepak Erik Ten Hag dari kursi pelatih pada Senin, 28 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Setelah sembilan pertandingan di Liga Inggris, United berada di posisi ke-14. Mereka kebobolan tiga gol lebih banyak daripada yang mereka cetak. Itu pun Manchester United belum bertanding melawan rival sekota Manchester City, Arsenal, atau Chelsea. Berikut lima alasan mengapa Manchester United perlu mendepak Erik Ten Hag setelah mengalami keterpurukan awal musim ini.
Jumlah Poin
Poin per pertandingan menjadi alasan pertama. Basis data Stats Perform kembali ke musim 2008-09. Sejak saat itu, United telah memiliki enam manajer: Sir Alex Ferguson, David Moyes, Louis Van Gaal, Ole Gunnar Solskjaer, Jose Mourinho, Erik Ten Hag.
Selama 38 pertandingan dalam satu musim, MU meraih 1,7 poin per pertandingan setara dengan sekitar 65 poin. Sir Alex Ferguson menjadi pemilih poin per pertandingan terbaik. Ia mengantongi 2,28 poin per pertandingan atau tidak pernah kurang dari 75 dalam satu musim. Jose Mourinho berada di urutan kedua dengan 1,89 poin per laga.
Setelah kesuksesan Ferguson, David Moyes mengambil alih kursi pelatih. Rata-rata, ia mengantongi 1,7 poin per pertandingan. Ia dipecat setelah 34 pertandingan. Tim Ten Hag meraih poin dengan rasio yang hampir sama persis setelah mencetak 84 pertandingan di Liga Inggris.
Jumlah Kebobolan
Masalah terbesar era Erik Ten Hag: Manchester United tampaknya sangat mudah membiarkan tim lain mencetak gol. Selama lima musim terakhir, rata-rata tim peringkat 10 ke bawah telah kebobolan 50,4 gol per musim. Selama dua musim Erik Ten Hag di Liga Inggris, United sedikit lebih buruk dari itu, dengan rasio 50,5 gol dalam 38 pertandingan.
Alasan buruknya pertahanan MU cukup sederhana. Di bawah Ten Hag, mereka sangat mudah membiarkan lawan untuk mencetak peluang dibandingkan dengan kerja manajer lainnya. Mereka kebobolan sebanyak 30 kali berkat sentuhan lawan di area penalti. Catatan terburuk sebelumnya terjadi pada era Solskjaer dengan catatan 21 sentuhan.
Sebagian besar manajer terpaksa membuat kompromi dengan cara bertahan. MU cenderung bertahan secara agresif dan membatasi kualitas peluang. Di bawah Ten Hag, pertahanan United terbilang lemah. Tidak ada kelebihan apapun.
Jumlah Gol yang Dicetak
Jika kebobolan banyak, setidaknya sebuah tim mampu mencetak gol lebih banyak untuk mendapatkan kemenangan. Barcelona asuhan Hansi Flick, misalnya, para pemain menekan dengan sangat tinggi, mereka menerapkan strategi garis offside yang sangat tipis sehingga kebobolan cukup banyak gol. Namun, Barcelona bisa mencetak begitu banyak gol sehingga itu tidak menjadi masalah. Barcelona mungkin tim terbaik di dunia saat ini karena risiko yang mereka ambil.
Dalam dua musim pertama Ten Hag, United cukup beruntung dalam soal penyelesaian akhir. Per expected points, metrik untuk melihat selisih gol yang diharapkan untuk setiap pertandingan dan memberikan perkiraan jumlah poin, United berada di urutan keenam pada musim 2022-23 dan urutan ke-15 musim lalu. Namun, United berada di urutan ketiga pada musim 2022-2023, dan kedelapan musim lalu.
Ten Hag mengalami nasib buruk di lini serang. Timnya menciptakan 1,64 gol yang diharapkan per laga. Angka ini sedikit di bawah angka terbaik gabungan 1,65 gol dari era Ferguson dan keseluruhan masa kepelatihan Solskjaer. Penyelesaian akhir Manchester United buruk sekali musim ini. Selisih antara gol yang diharapkan dan gol aktual mereka adalah yang terbesar di Liga Primer. United asuhan Ten Hag hanya menciptakan 50,7 persen dari gol yang diharapkan.
Pressing
Ketika merekrut Ten Hag dari Ajax, Manchester United menyebutnya sebagai manajer yang terkenal karena sepak bola menyerang dan menarik. Selama pramusim pertamanya, Ten Hag sendiri berkata, "Kami ingin menekan, kami ingin menekan sepanjang pertandingan dan bermain sepak bola proaktif."
Dua musim lebih berlalu, gaya pressing itu tidak pernah muncul. Kita dapat mengukur niat tim untuk melakukan tekanan dengan melihat jumlah umpan dari lini pertahanan atau passes allowed per defensive action (PPDA), jumlah umpan yang dilakukan tim di luar sepertiga pertahanan mereka sebelum mencoba melakukan tekel, melakukan intersepsi, melakukan pelanggaran, atau memblokir umpan. Kita juga dapat melihat persentase penyelesaian umpan lawan yang dilepaskan untuk melihat seberapa efektif tekanan para pemain MU sebenarnya.
Di bawah Ten Hag, angka PPDA dan penyelesaian umpan United lebih tinggi daripada di bawah lima manajer penuh waktu sebelumnya. Bahkan, ia punya PPDA yang lebih tinggi ketimbang Alex Fergusen dan Jose Mourinho.
Ini bukan perbandingan yang sempurna karena PPDA dan persentase penyelesaian umpan keduanya meningkat di seluruh liga. Melalui sembilan pertandingan musim ini, PPDA United berada di peringkat ke-15 di Liga Inggris.
Penguasaan Bola
Masalah inti dari era Ten Hag sederhana, yaitu mereka tidak pernah menemukan cara untuk mengendalikan bola. Setiap klub besar di dunia memiliki rencana permainan untuk cara mendapatkan bola, cara mempertahankannya, dan cara menggunakan kedua hal tersebut untuk menciptakan peluang.
Meskipun ada beberapa contoh klub yang memenangkan banyak poin tanpa banyak menguasai bola seperti Leicester City saat menjadi juara Liga Ingris di bawah Claudio Ranieri, Atlético Madrid di bawah Diego Simeone, Inter Milan di bawah Antonio Conte, sebagian besar tim modern menciptakan kesuksesan yang berkelanjutan dengan penguasaan bola.
Erik Ten Hag tentu saja disebut sebagai tipe pelatih yang ingin melakukan hal itu. Sebaliknya, United mengendalikan penguasaan bola yang jauh lebih rendah di bawah Ten Hag daripada di bawah salah satu dari lima manajer United sebelumnya.
Hasil gaya main Erik Ten Hag di Manchester United tidak terlihat. Tidak ada bukti bahwa mereka berada di jalur apa pun menuju apa pun. Intinya, gaya main Manchester United di bawah pelatih asal Belanda itu tak jelas. Jika ada ide strategis dan gaya apa pun yang mereka upayakan, mustahil untuk melihatnya. Mereka benar-benar tidak berdaya tanpa bola, dan tidak pernah menemukan cara untuk menguasai bola di bawah Ten Hag.
ESPN | SKYSPORTS