Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Santiago Solari mengawali kerjanya sebagai manajer sementara Real Madrid dengan meyakinkan. Mereka mengalahkan tuan rumah UD Melilla, Kamis dinihari tadi, 1 November 2018, pada pertemuan pertama babak 32 besar Copa del Rey atau Piala Raja Spanyol.
Baca: Nacho Dukung Solari Terus Tangani Real Madrid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Solari, mantan pemain sayap Real Madrid asal Argentina, menggantikan posisi Julen Lopetegui, yang dipecat sebagai manajer Real Madrid pada Senin, 29 Oktober 2018.
Baca: 4 Perbedaan Santiago Solari dan Lopetegui di Real Madrid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Padahal, Lopetegui baru memimpin tim Madrid pada 14 pertandingan. Hal itu terjadi lantaran Madrid lebih banyak kalah dan terpuruk di peringkat kesembilan La Liga Spanyol.
Baca: Julen Lopetegui Dipecat, Pelatih Tersingkat di Real Madrid
Banyak pihak terkejut dengan penunjukkan Solari menggantikan Lopetegui. Solari, 42, memang masuk kategori bintang ketika menjadi pemain sayap di tim nasional Argentina dan saat membela Real Madrid.
Tapi, karier kepelatihan Solari belum hebat. Ia “baru” naik menjadi pelatih Real Madrid B sejak 2016. Derajatnya sebagai bintang semasa menjadi pemain juga di bawah Zinedine Zidane, yang merintis jalur karier yang hampir sama dengan Solari untuk menjadi manajer.
Real Madrid punya strategi tertentu dalam hal penunjukkan Solari yang dinilai banyak pihak sebagai hal yang mengejutkan.
Analisis alternatif pertama dalam strategi ini, seperti yang sudah diulas di sejumlah media, adalah riskan buat Real Madrid untuk merekrut manajer baru dengan kariernya sudah mapan pada musim kompetisi yang sedang berjalan.
Alternatif kedua dari analisis strategi ini adalah Real Madrid ingin melakukan pengetatan keuangan dalam hal penunjukkan manajer tetap. Itu sebabnya, Madrid akhirnya tak memperpanjangan negosiasi dengan Antonio Conte. Hal itu terjadi setelah Conte, mantan manajer Chelsea, Juventus, dan Italia, mensyaratkan kontrak mininal selama dua musim dengan standar gaji yang tertinggi.
Real Madrid adalah klub yang berhasil tumbuh menjadi raksasa bisnis dan prestasi. Mereka satu-satunya klub yang berhasil mempertahankan gelar juara Liga Champions Eropa dan memenanginya pada tiga musim terakhir secara beruntun.
Semua itu berkat ramuan dari keandalan manajemen bisnis, teknik, dan strategi secara keseluruhan.
Dengan atau tanpa manajer yang hebat, karena kondisi keuangan mereka yang sangat kuat, Real Madrid bisa membeli para pemain terbaik di dunia dari waktu ke waktu dan sudah menjadi tradisi mereka.
Kumpulan pemain dengan skill yang sudah hebat itu ada saatnya tak butuh pelatih dengan pengetahuan teknik yang brilian. Tapi, mereka membutuhkan pelatih yang bisa mengayomi mereka, yang bisa mereka hormati, dan bisa menyaturkan mereka karena karismanya.
Itulah konsep yang bisa menjelaskan mengapa Zinedine dipromosikan menjadi manajer Real Madrid dan kemudian sangat sukses. Kehadiran Zidane dengan prestasi yang luar biasa sebagai pemain Prancis dan Madrid di kamar ganti pemain Madrid adalah sebuah karisma.
Ada cerita menarik, yaitu bagaimana Presiden Real Madrid, Florentione Perez, punya kebiasaan berbincang dengan sejumlah pemain terasnya sebelum mengganti manajer mereka.
Ketika hendak memasukkan Zidane, Perez berdiskusi antara lain dengab Cristiano Ronaldo. Kini, Ronaldo sudah hengkang. Untuk mencari pengganti Lopetegui, Perez berbicara dengan Sergio Ramos, kapten tim.
Ramos tidak setuju Conte masuk karena dinilai terlalu keras dan otoriter ketika menjadi manajer.
“Penghormatan diperoleh, itu tidak dipaksakan. Bukan nama atau lainnya,” kata Ramos beberapa hari lalu ketika ditanya soal kemungkinan Conte menjadi manajer tim mereka.
“Kami telah memenangi segalanya dengan pelatih yang sudah anda ketahui (Zinedine Zidane). Pada akhirnya, pengelolaan para pemain lebih penting daripada pengetahuan teknis seorang pelatih,” Ramos melanjutkan.
Jadi Solari dipilih karena Perez dan para petinggi Real Madrid tahu bukan faktor teknis yang menjadi kendala. Meski, hengkangnya Cristiano Ronaldo memang meninggalkan celah di skuad mereka.
Solari dipilih untuk mengembalikan rasa nyaman Ramos dan kawan-kawan dalam “bekerja”. Sebagai mantan pemain, apalagi lama di Madrid, Solari tahu bagaimana suka-duka di lapangan dengan baik.
Baca: Laudrup Bantah Tawarkan Diri Untuk Melatih Real Madrid
Solari adalah sosok senior yang bisa menimbulkan rasa hormat di kalangan Ramos cs. Kelak terbukti, apakah Solari pelatih yang punya kemampuan manajerial yang baik atau tidak. Tapi, untuk sementara, dialah pilihan terbaik pada masa darurat Real Madrid.
BBC | METRO.CO.UK | ESPN