Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Heboh Lionel Messi di FC Barcelona sekarang sering disamakan dengan Michael Jordan ketika hendak meninggalkan Chicago Bulls. Keadaan di FC Barcelona dan Bulls tidak akan sama lagi ketika Messi dan Jordan pergi dari sana. Begitu pendapat mereka yang “mendewakan” figur seorang bintang dalam cabang olahraga prestasi beregu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tapi, di cabang olahraga beregu, ada pernyataan yang legendaris dari seorang pelatih kepala atau manajer tim sepak bola yang ternama, Sir Alex Ferguson, yang identik dengan Manchester United –sampai kapan pun. “Tidak boleh ada pemain yang lebih besar dari klubnya,” kata pria 78 tahun yang akrab dipanggil Fergie ini dan membesarkan United dari 1986 sampai 2013.
Dalam cabang olahraga, sebuah tim seperti sebuah kelompok kesenian, bisa bernama teater, band, sampai grup lawak yang melegenda di Indonesia, Srimulat. Seorang pelatih kepala atau manajer tim adalah sutradara, kreator sekaligus pemimpin tim lapangan. Para pemain adalah aktor-aktornya dengan klasifikasi aktor utama, pendukung, dan penggembira alias cadangan. Jajaran direksi tim ibarat pimpinan produksi bersama para awaknya.
Semacam “teori dasar” itu tak selalu sempurna jalannya. Jika personalitas sang aktor utama begitu kuatnya seperti Lionel Messi dan Michael Jordan, ada beberapa kemungkinan masa depannya: grup itu bertahan dengan kuat atau bubar/karam jika sutradara dan pimpro-nya dirasa semakin lama kian menekan eksistensi aktor primadona.
Pada sejarah Alex Ferguson di Manchester United kita bisa melihat bagaimana kekuatan dan kekuasaan sang sutradara ini pada akhirnya bisa membuat sang bintang David Beckham terpental menjelang masa senja kariernya –ini mengingatkan pada Lionel Messi sekarang dengan usia 33 tahun. “Beckham dijual ke Real Madrid sehabis dilempar sepatu.”
Adalah kepiawaian Ferguson juga yang mengamati talenta Cristiano Ronaldo, menariknya dari Portugal mematangkannya di Old Trafford, dan kemudian melepasnya dengan harga jual tinggi ke Santiago Bernabeu.
Pada FC Barcelona, kita bisa melihat ketangguhan sebuah badan korporasi yang menemukan talenta Lionel Messi pada usia 13 tahun dan menerbangkannya dari Argentina untuk dimasukkan ke dalam Akademi La Masia.
Di FC Barcelona ada sederet pelatih kepala atau manajer tim yang sekuat Alex Ferguson. Ada Frank Rijkaard di mana ucapan Lionel Messi kepadanya berikut ini menjadi klasik, “Kebenarannya adalah semua pelatih sejak saya berada di divisi tertinggi Liga Spanyol mengajari saya sesuatu. Tapi, saya pikir yang paling penting dalam karier saya adalah Rijkaard.”
Tapi, setelah ditarik Rijkaard dari tim Barcelona B ke tim senior Barca, talenta Lionel Messi semakin terasah membesar seiring dengan personalitasnya. Dalam permainan di lapangan, Blaugrana terkesan semakin tergantung ke dia. Messi pun pernah berkata, “Beri bola ke saya.”
Kestimewaan seorang pemain dalam tim sepak bola memang sangat menarik dan pada saat sama memicu banyak kontroversi. Dalam skala berbeda, di Indonesia dulu ada figur pemain sekuat Messi yang “vokal” di dalam dan di luar lapangan. Misalnya mendiang Ronny Pattinasarany dan Iswadi Idris. Saat-saat latihan permainan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, puluhan tahu, bola lebih banyak disodorkan ke Ronny dan Iswadi, setelah itu baru didistribusikan kepada yang lain seusai strategi yang disepakati.
Tapi, dalam sejarahnya ada pelatih Barcelona yang tak mau didikte Lionel Messi dan itu menimbulkan percikan-percikan ketegangan, terutama ketika sang primadona itu dibangkucadangkan. Mungkin, hanya Rijkaard, Pep Guardiola, dan Luis Enrique yang berani melakukannya dan tak mau diatur Messi.
Tak mau berbicara beberapa hari atau bentuk protes lain pernah dilakukan Messi kepada mereka, termasuk kepada Pep Guardiola yang kini digembar-gemborkan menjadi alasan utama Messi untuk memilih bergabung dengan Manchester City setelah meninggalkan Barcelona.
Kini ketangguhan sebuah korporasi raksasa bernama FC Barcelona benar-benar diuji ketika Lionel Messi kemungkinan besar atau hampir pasti hengkang. Benarkah Barca akan seperti Chichago Bulls sepeninggal Michael Jordan? Dan, itu terjadi konon karena Ronald Koeman, sebagai manajer tim Blaugrana yang baru, menelepon Lionel Messi dan bilang, “Keistimewaan anda di tim ini sudah berakhir.”