Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Komunitas Kolektif akan kembali menggelar cara Film Musik Makan yang ketiga kalinya. Sebanyak 14 film baru dari genre film pendek, panjang dan dokumenter akan menghiasi layar di Goethe Haus, pada Sabtu-Minggu, 2-3 April 2016 mendatang.
“Senang sekali acara ini terselenggara lagi, kebetulan banyak teman-teman indie yang mempunyai film baru dan kami gabung premiernya di sini,” ujar Meiske Taurisia dari Kolektif di Kinosaurus, Kemang, Rabu, 23 Maret 2016.
Selain pemutaran 14 film ini juga akan diselenggarakan diskusi film dan klasifikasi serta presentasi SEAFic sebuah laboratorium film internasional. Ke- 14 film yang akan ditayangkan yakni Worked Club (Tunggul Banjaransari),Serpong (Lucky Kuswandi), Simbiosis (Wiranata Tanjaya), The Floating Chopin (Wregas Bhanuteja), Kitorang Basudara (Nindi Raras), Alvin’s Harmonious World of Opposite (Platon Theodoris), White Shoes & The Couples Company di Cikini (Henry Foundation), Kunjungan Spesial (Zen Al Ansory), Rumah (Yosep Anggi Noen), Amarta (Bambang Ipoenk KM), Natalan (Sidharta Tata), Semalam Anak Kita Pulang (Adi Marsono), How To Win at Checkers (Josh Kim), dan Potongan (Chairun Nissa).
Saat konferensi pers, sempat diperlihatkan dua cuplikan film documenter Potongan dan White Shoes & The Couples Company di Cikini serta film The Floating Chopin. Potongan yang diproduksi Babibuta Film akan menyorot soal sensor film di Indonesia oleh Lembaga Sensor Film (LSF). Film ini akan mengangkat elemen hak asasi manusia, ketika para pembuat film Indonesia sedang tumbuh untuk berkarya tentang persoalan di Indonesia, namun mereka harus berhadapan dengan LSF.
“Di film itu akan terlihat bagaimana perjalanan sensor di lembaga itu, ada juga hal yang lebih luas lagi soal pembatasan dari lembaga itu,” ujar Chairun Nissa.
Film berdurasi 80 menit ini dimulai dari rasa penasaran ketika dia dan Lab Laba-laba menemukan arsip-arsip potongan film di LSF. Mereka tak berhenti di sana tapi menelusuri prosesnya hingga ketika lembaga sensor itu terbentuk.
Selain Potongan, sebuah documenter musik akan hadir lewat film White Shoes & The Couples Company di Cikini. Indra Ameng, manajer dan produser film ini mengatakan film tersebut bercerita tentang hubungan grup band ini dengan area Cikini terutama kampus Institut Kesenian Jakarta dan Taman Ismail Marzuki. Kawasan yang membentuk mereka dan mempengaruhi karya-karya mereka. “Awalnya dari rekaman-rekaman saat pentas, pas White Shoes pentas di Cikini kami putuskan untuk bikin dokumentasinya,” ujarnya.
Meramaikan acara ini dari sisi musiknya, DJ Irama Nusantara dan kelompok MMS yang terdiri dari Mar Galo (Jirapah), Mela dan Sartje (White Shoes and The Couples Company). DJ Irama Nusantara yang dimotori David Tarigan akan berkreasi dengan arsip-arsip musik populer Indonesia dan MMS akan membawakan beragam lagu dari disko, hip hop, soul, indie, doo-wop, surf, dangdut hingga lagu anak-anak. Untuk menikmati acara ini, pengunjung bisa berdonasi untuk dua hari acara Rp 250 ribu atau untuk harian Rp 150 ribu.
Setelah acara ini, mereka juga akan membawa 14 film ini berkeliling ke beberapa komunitas di Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Palu, Makasasar, Bali, Bengkulu dan kota-kota lain. “Lewat acara ini, kami juga mengundang komunitas untuk memutar film-film tersebut di ruang alternatif,” ujar Meiske.
DIAN YULIASTUTI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini