Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok komedian legendaris memang selalu punya tempat di hati masyarakat. Warkop DKI misalnya, meski dua dari tiga personilnya telah meninggal dunia, hingga kini rekaman lawak Dono, Kasino, dan Indro masih sering diputar, baik di stasiun televisi maupun di media-media lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bukan hanya Warkop DKI saja, banyak kelompok lawakan yang sempat eksis di jagat pertelevisian tanah air. Sayangnya kepopuleran mereka tak bertahan lama, beberapa di antaranya bubar dan tidak lagi terdengar kabarnya. Berikut sejumlah kelompok komedian yang sempat eksis di tanah air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Kwartet Jaya
Kwartet Jaya merupakan grup lawak yang cukup populer di era 70-an dan merajai banyak pementasan kala itu. Kelompok lawak ini pertama kali didirikan pada 1967 oleh Bing Slamet bersama Eddy Sudihardjo atau Eddy Sud, Kho Tjeng Lie atau Ateng, dan Iskak Darmo Suwiryo atau Iskak. Sebelum Ateng bergabung, grup lawak ini sempat diberi nama EBI, singkatan dari Eddy Sud, Bing, dan Iskak.
2. Srimulat
Srimulat, boleh dikatakan sebagai grup lawak yang paling awet sejauh ini, bahkan hingga lintas generasi. Didirikan oleh pasangan suami istri, Teguh Slamet Rahardjo dan Raden Ayu Srimulat pada tahun 1950. Mungkin sudah banyak yang menebak bahwa nama Srimulat diambil dari nama istri Teguh. Tetapi memang benar begitu adanya.
Awalnya grup lawak Srimulat memiliki nama sedikit lebih panjang yakni Gema Malam Srimulat, ini adalah kelompok seni keliling dari satu kota ke kota lain dari Jawa Timur sampai Jawa Tengah untuk melakukan pertunjukan. Rombongan yang mulanya merupakan perkumpulan seni suara dan tari ini memulai lawakan pertama mereka pada 30 Agustus 1951.
3. Warkop DKI
Nama Warkop DKI belakangan mencuat lagi setelah munculnya Warkopi. Warkop sendiri merupakan grup lawak legendaris yang paling mengena di hati masyarakat. Tapi siapa menyangka bahwa grup ini mulanya adalah sebuah acara radio pada 1974, yang idenya datang dari produser hiburan radio Prambors di Jakarta saat itu, Temmy Lesanpura. Temmy bertemu dengan Kasino, Nanu Mulyono, dan Rudy Badil, mahasiswa Universitas Indonesia terkenal doyan membuat humor.
Temmy berhasil meyakinkan ketiganya untuk mengisi acara yang dibuatnya tersebut. Fakta menariknya, saat pertama kali acara diudarakan, ketiganya tak menyiapkan apa pun, namun acara yang bertajuk “Obrolan Santai di Warung Kopi” tersebut berhasil menarik perhatian para pendengar.
Setahun berselang, Dono, rekan mereka di UI bergabung bersama grup lawak tersebut. Kemudian pada 1976, Indro, mahasiswa Universitas Pancasila juga diajak bergabung. Setelah terkenal lewat udara, kelompok lawak tersebut banjir tawaran manggung.
Dalam perkembangannya, mereka mempertimbangkan bila mereka terus menggunakan nama “Prambors”, maka mereka harus memberikan royalti kepada pemilik nama aslinya, Radio Prambors. Untuk itu, mereka memutuskan mengubah namanya menjadi Warkop DKI (Dono-Kasino-Indro) pada 986-1987 dengan diawali pada film “Depan Bisa Belakang Bisa”.
4. Bagito
Sama seperti Warkop DKI, Grup lawak Bagito juga bermula dari acara Radio Suara Kejayaan yang merupakan radio sumber pelawak. Acara pertama yang dilakoni Bagito adalah acara “Konsultan Bingung” pada 1984. Banyak pelawak ternama yang dibesarkan oleh grup ini yaitu Patrio, Ulfa Dwiyanti, Komeng, dan Taufik Savalas.
Bagito tenar berkat mengisi acara “Opor Ayam” di radio SK tahun 80-an. Bagito kemudian meluncurkan Bagito Show yang ditayangkan oleh RCTI mendapatkan rating yang tinggi dan bertahan lama hingga era 90-an. Seiring dengan munculmya pelawak-pelawak baru dan juga keretakan antara anggota, ketenaran Bagito mulai menghilang.
HENDRIK KHOIRUL MUHID