Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Konser 52 Tahun God Bless: Nostalgia Rock Indonesia dengan Format Akustik

Penonton konser God Bless bernostalgia sambil menggelar siaran langsung di Facebook dan Zoom.

18 Mei 2025 | 19.14 WIB

God Bless menggelar konser akustik pertamanya selama 52 tahun berkarya dengan judul God Bless Unplugged di Balai Sarbini, Jakarta, 17 Mei 2025.  Tempo/Martin Yogi Pardamean
Perbesar
God Bless menggelar konser akustik pertamanya selama 52 tahun berkarya dengan judul God Bless Unplugged di Balai Sarbini, Jakarta, 17 Mei 2025. Tempo/Martin Yogi Pardamean

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Genjrengan gitar serentak dengan ketukan drum membuka konser akustik legenda rock Indonesia, God Bless, di Balai Sarbini Jakarta pada Sabtu, 17 Mei 2025. Ian Antono memainkan gitar akustiknya sembari duduk, lalu berbarengan dengan intro lagu “Bla… Bla… Bla…”, vokalis Achmad Albar melangkah ke tengah panggung sembari menyapa penonton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain Achmad Albar dan Ian Antono, ada pula Abadi Soesman yang berada di balik grand piano, yang biasanya memainkan keyboard jika tidak dalam format akustik. Ditemani pemain tambahan untuk drum, biola, dan bass, untuk pertama kalinya God Bless menggelar konser dengan format akustik selama 52 tahun berkarier. 

Setelahnya, Achmad Albar dan kawan-kawan membawakan lagu berjudul “Kehidupan”. Penonton pun sing a long ikut bernyanyi. 

God Bless dan Teriakan Kritik Sosial

Setelah selesai mendendangkan lagu ciptaan mendiang Yockie Suryo Prayogo itu, Achmad Albar menuturkan nomor “ Kehidupan” berbicara soal kritik terhadap pemerintah. “Ini ceritanya soal atlet atau siapa saja yang ikut olahraga. Mereka selalu digembleng dan dipaksa oleh pemerintah, pelatih, maupun klub tapi mereka tak mengurus kehidupan para atlet,” katanya.

Aksi panggung pun berlanjut dengan lagu “Balada Sejuta Wajah” garapan Achmad Albar dan Ian Antono. Mereka berdua terbukti sebagai pencipta terbanyak lagu-lagu God Bless dan Gong 2000 yang bisa dikatakan sebagai miniatur dari God Bless. 

Pemandangan konser band yang dibentuk pada 5 Mei 1973 itu berbeda dengan konser lainnya di masa sekarang. Seluruh Balai Sarbini tersedia kursi dengan nomor-nomor tiket, penonton pun dengan santai duduk menyaksikan sembari bernyanyi. Malam itu, mayoritas Balai Sarbini diisi oleh penggemar God Bless dengan usia di atas 40 tahun. 

Vokalis God Bless Achmad Albar saat konser God Bless Unplugged di Balai Sarbini, Jakarta, 17 Mei 2025. Tempo/Martin Yogi Pardamean

Penonton Gelar Siaran Langsung Konser di Facebook

Para penonton juga tak hanya menyaksikan dengan tangan kosong, melainkan menggenggam gawainya masing-masing. Tampak ada yang memamerkan konser melalui siaran langsung Facebook, ada pula yang berbagi konser melalui ruang aplikasi Zoom. 

Salah satu penonton yang juga musisi, Bangkit Sanjaya, mengatakan menggemari God Bless sebab berperan menjadi titik awal kariernya bermusik. “Saya pertama kali rekaman dan lahir di dunia menyanyi dari Mas Donny Fattah sebagai produser pertama saya. Saya suka album Dunia Huru Hara,” katanya.

Di panggung, aksi Achmad Albar yang berdiri menggenggam mikrofon di usianya yang sudah 78 tahun masih saja tampak gagah. Ia mengenakan baju oblong dengan sablonan khas genre hard rock dibalut jaket serta skinny jeans. Ia dengan lantang mengikuti lantunan musik akustik dari kerabatnya sembari menyanyikan “Saksi Gitar Tua” dan “Bis Kota”. “God Bless pernah mau pergi latihan tak punya kendaraan jadi naik bis kota,” ujar Achmad Albar.

Sebelum ke lagu berikutnya, Ian Antono menceritakan pada tahun 1970an God Bless sering kali mencari bahan sendiri untuk baju dan sepatunya. Mereka membuatnya secara mandiri. “Dulu sepatu saya tinggi jadi pernah haknya copot terus saya ke belakang panggung saya paku sendiri,” katanya sambil tertawa.

Ia juga mengenang saat God Bless menjadi band pembuka untuk band hard rock Inggris, Deep Purple, yang menggelar konser di Jakarta pada 5 Desember 1975. “Soundnya luar biasa dan di situ awal mula sound berkembang di Jakarta, berlomba-lomba bikin sound yang baik untuk konser,” kata Ian.

Saat penonton belum selesai tertawa melihat mimik Achmad Albar dan Ian Antono yang berupaya mengingat momen di masa lampau, God Bless kembali melantunkan lagu “Orang dalam Kaca”. Lima orang backing vocal mengiringi Achmad Albar  menyanyikan lagu ciptaan Yockie Suryo dengan gubahan lirik khas Iwan Fals itu.

Lagu selesai, penyanyi Nicky Astria memasuki panggung dan menyapa personel God Bless. “Dulu saya sering jadi pembuka band tour God Bless terutama sering dibawa sama Mas Ian,” katanya. Tak lama, gitaris Tohpati pun menaiki panggung. Bersama legenda rock Indonesia itu, Nicky dan Tohpati membawakan lagu “Jangan Ada Luka”.

Setelah aksi panggung dari musisi tamu itu, giliran Ikang Fawzi yang menaiki panggung. Berbusana serba hitam dengan bahan kulit ala musisi punk 1970-an, Ikang berkisah soal pertemuannya dengan God Bless. “Saya pernah menang lomba cipta lagu Prambors tahun 1979, judulnya “Cahaya Kencana”. Itu yang menyanyikan lagunya Achmad Albar jadi saya ke radio biar ketemu dia saja,” katanya. Tak berhenti di situ, Ikang Fawzi masih melantunkan lagu “Panggung Sandiwara” dan “Satu Dua Tiga” tampil duo vokal dengan Achmad Albar.

Setelah keramaian di panggung itu, Donny Fattah yang sedari awal belum bermain dan digantikan, kini memasuki panggung. Dengan tongkat yang menumpu tangannya, ia duduk lalu menggapai bass-nya. “Saya bersama God Bless dari awal, 5 Mei ‘73. Sampai hari ini kami sudah berkarya selama 52 tahun,” katanya mengawali sapaan kepada penonton. 

Ditambah satu personel aslinya di atas panggung, God Bless memainkan lagu “Musisi”. Cabikan bass ala Donny Fattah di intro “Musisi” pun mewarnai Balai Sarbini.

Penampilan Rhoma Irama sebagai Musuh dan Sahabat

Penyanyi, Rhoma Irama saat tampil bersama God Bless pada konser God Bless Unplugged di Balai Sarbini, Jakarta, 17 Mei 2025. Tempo/Martin Yogi Pardamean

Usai membawakan lagu, raja dangdut Rhoma Irama pun menaiki panggung. Sontak penonton riuh kesenangan sembari bertepuk tangan. “God Bless musuh sekaligus sahabat. Jadi kami berseteru antara dangdut dengan rock. Tapi waktu itu saya bawa lagu “Neraka Jahanam” milik God Bless dan mereka membawakan lagu “Begadang”. Itu titik kami berteman karena kami tampil bersama-sama,” katanya.

Kemudian Rhoma Irama bersama Achmad Albar melantunkan lagu “Zakiah”, namun tidak sampai selesai. Rhoma Irama pun menyalami satu per satu personil God Bless lalu meninggalkan panggung. 

Sebelum penghabisan, God Bless membawakan lagu andalannya, “Semut Hitam”. Penonton pun kegirangan sembari bernyanyi. Beberapa penonton tak lagi duduk melainkan berdiri sembari mengepalkan tangan. 

Untuk lagu terakhir, Tohpati, Nicky Astria, dan Ikang Fawzi kembali memasuki panggung bersama God Bless menyanyikan lagu “Rumah Kita”. Tak hanya mereka, seisi Balai Sarbini ikut menyanyikan lagu legenda rock Indonesia itu. “God Bless masih ada di sini dan selama 52 tahun masih diterima di Indonesia,” kata Achmad Albar menutup aksi panggungnya.

Bagus Pribadi

Bergabung dengan Tempo pada September 2023. Kini menulis untuk desk Jeda yang mencakup olahraga dan seni.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus