Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Happy Death Day punya cerita menarik. Ulang tahun identik dengan awal baru. Anda bersuka cita merayakan sambil memanjatkan harapan untuk kehidupan lebih baik. Namun, gambaran tersebut tidak berlaku bagi Tree Gelbman (Jessica Rothe).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tree tidak menyukai hari ulang tahun. Setiap berulang tahun, Tree selalu teringat ibunya yang sudah meninggal dunia. Ucapan dari sang ayah dan kejutan dari teman-teman diabaikan Tree di hari ulang tahunnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tree ingin melewati hari ulang tahun sama seperti hari-hari biasa. Naas bagi Tree karena sebuah kejadian mengerikan menimpanya. Di malam ulang tahun, Tree dibunuh oleh sosok misterius bertopeng bayi.
SUmber: Youtube
Keanehan kemudian muncul. Tree tidak meninggal dunia, tapi justru terbangun dan mengulang hari ulang tahunnya. Semua kejadian di hari ulang tahun Tree kembali terjadi secara berurutan.
Tree ketakutan sekaligus kebingungan. Tree berusaha meminta bantuan orang-orang terdekat. Sayang, mereka malah menertawakan dan mengira Tree stres. Hanya seorang mahasiswa kurang populer Carter (Israel Broussard) yang mempercayai Tree.
Carter dan Tree menyelidiki siapa sosok di balik topeng bayi tersebut. Carter menyuruh Tree terus mengulang hari ulang tahunnya hingga akhirnya mengetahui identitas pembunuh.
Di sisi lain, Tree harus berpacu dengan waktu. Kondisi tubuhnya semakin lemah seiring dengan seberapa sering hari ulang tahun terulang. Berhasilkah usaha Tree?
Happy Death Day memiliki ide cerita unik. Tema ulang tahun yang seharusnya bahagia diubah menjadi malapetaka. Begitu pula dengan aksi mengulang sebuah hari. Penonton diajak ikut penasaran tentang konsekuensi apa yang Tree harus hadapi serta identitas sang pembunuh.
Happy Death Day juga didukung deretan karakter beragam. Setiap karakter memiliki daya tarik tersendiri serta sesuai dengan kondisi jaman sekarang. Beberapa karakter bahkan sanggup mengundang tawa.
Contohnya ketua asrama Danielle yang ingin tampil sempurna dan menjadi pusat perhatian. Karakter Happy Death Day semakin menarik perhatian berkat akting baik para pemain.
Jika melihat materi dasar, Happy Death Day sebenarnya berpotensi menjadi film remaja yang seru. Sayang, potensi tersebut gagal dimaksimalkan. Sutradara Christopher B. Landon dan penulis naskah Scott Lobdell justru kebingungan melanjutkan arah film sejak pertengahan.
Mereka berusaha menghadirkan pengisahan berbeda ketika Tree mengulang harinya agar tidak monoton. Namun, hal tersebut menjadi bumerang. Alur cerita Happy Death Day kehilangan fokus. Nuansa film berubah secara cepat. Kemudian banyak pertanyaan tak terjawab hingga akhir Happy Death Day.