Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Mulanya Joko Anwar legawa kala mengetahui kabar komik Gundala akan difilmkan. Besar dengan cerita komik dan film di bioskop, Gundala menjadi salah satu impian seorang Joko Anwar. Usai berhasil memfilmkan kembali Pengabdi Setan, rupanya mengangkat kisah Gundala Putra Petir ke layar sinema turut ada dalam daftar impian sutradara asal Medan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Dari dulu bercita-cita jadi film maker ada dua film yang ingin kubuat, Pengabdi Setan, satu lagi Gundala," tutur Joko Anwar kepada Tempo, 20 Mei 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lewat sambungan telepon sebelum langsung bertemu, Joko menuturkan bagaimana ia besar dengan cerita-cerita komik jagoan lokal. "Dengar Gundala waktu itu mau dibuat sama sutradara lain sedih, tapi ikut seneng juga karena masih sesama teman sutradara," lanjut pria kelahiran Medan, 43 tahun lalu ini.
Tapi rupanya Gundala memang punya jalannya sendiri. Selang beberapa waktu kemudian Joko dihubungi pihak rumah produksi Screenplay dan juga Bumilangit, pemegang hak cipta komik Gundala. Pertanyaan yang diajukan padanya apakah dirinya membaca komik Gundala. Tentu saja itu bukan pertanyaan yang sulit ia jawab. Joko pun lantas diajak bertemu dan membahas ide seperti apa yang ia punya jika berkesempatan menggarap film dari komik karya Hasmi tersebut.
"Kalau misal Gundala kamu pegang, misalnya lo bikin Gundala mau digimanain?" tutur Joko mengulang pertanyaan yang saat itu sempat diajukan padanya. Rupanya ide yang dimiliki Joko soal film Gundala disukai pihak Screenplay dan Bumilangit. Mimpi Joko memfilmkan kisah jagoan masa kecilnya pun terwujud.
Kerja keras pun dimulai. November 2017 Joko Anwar mulai menulis skenario. Susahnya minta ampun, tutur Joko. Meski ia sudah berulang kali menggarap penulisan naskah film, Gundala diakuinya sebagai naskah film tersulit yang pernah ia garap selama ini. "Ini skenario paling susah karena harus mengcapture semangat Hasmi, saya juga meriset banyak tentang Gundala yang tidak ada di dalam komik," tutur Joko.
Rupanya Joko Anwar memilih untuk mengisahkan Gundala di luar dari kisah yang terdapat dalam komik buatan Hasmi. Joko memilih untuk mengangkat asal-usul Gundala yang bahannya tak lain ia peroleh dari arsip-arsip riset pribadi milik Hasmi. "Pak Hasmi punya banyak catatan riset soal Gundala, itu yang saya pakai."
Persoalan lainnya, Joko punya pekerjaan tambahan untuk bisa menyajikan kisah Gundala yang punya ketertautan dengan kondisi masyarakat saat ini. Ia tak mau kisah jagoan tanah air ini hadir namun tak punya ikatan khusus dengan masyarakat penontonnya. "Kita punya khasanah jagoan yang bagus, nah bagaimana caranya agar ceritanya juga bisa kuat dan membuat penonton ikut punya ikatan, itu susah banget," paparnya.
Memang jadi tantangan tersendiri menghadirkan sosok jagoan namun harus bisa dipercaya kalau sosok itu benar ada dan ceritanya sesuai dengan kondisi paling kini. Dibandingkan dengan Hollywood, menurut Joko mereka nampaknya sudah selesai dengan kisah heroik semacam itu, makanya yang kini digarap adalah jagoan yang sudah melesat ke luar angkasa. Jagoan yang melawan alien-alien. Lain hal dengan kultur di Indonesia. "Bikin cerita yang sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang itu tantangan besar lainnya."
Cerita kini macam apa yang lantas disajikan Joko Anwar dalam Gundala? Joko Anwar cermat menyorot hal satu ini. Pada zamannya komik Gundala lahir, kritik terhadap represi pemerintah tak bisa disuarakan selantang saat ini. Komik, menjadi salah satu medium seniman untuk menyampaikan kritik terhadap ketidakadilan atau represi yang hadir dari penguasa.
Saat ini ketidakadilan dan represi kuat hadir dari kelompok masyarakat. Kelompok mayoritas, minoritas menjadi sorotan tersendiri bagi Joko Anwar untuk ia hadirkan dalam Gundala. "Ini tantangan bagaimana film jagoan Indonesia yang ditampilkan bisa menyajikan itu? Masalah Indonesia ini rumit tapi tetap saya ahrus mengemasnya agar tetap menghibur. Ada dramanya, ada actionnya, tetap menjadi tontonan yang enggak bikin pusing, bisa dinikmati, dan ada sesuatu yang bisa dibawa pulang untuk dibicarakan."
Film Gundala dibintangi Abimana Aryasatya, Tara Basro, dan Bront Palarae. Banyak aktor aktris papan atas terlibat dalam produksi kolosal ini.
Gundala merupakan adaptasi karakter dari komik yang diciptakan oleh Harya Suraminata, yang telah rilis pertama kali sejak 50 tahun yang lalu. Rencananya film ini juga akan dirilis bertepatan dengan perayaan perilisan pertama komik Gundala. Sebelumnya, komik karangan Harya Suaminata ini berhasil terbit dalam 23 judul di bawah perusahaan hiburan berbasis karakter, Bumilangit.