Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Megawati Kagumi Karya-karya Dolorosa Sinaga

Megawati kagumi karya-karya Dolorosa Sinaga seringkali mengangkat tema-tema sosial yang berat, seperti kekerasan, ketidakadilan, dan lainnya.

10 Agustus 2024 | 20.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Indonesia yang ke-5, Megawati Soekarnoputri, berkesempatan mengunjungi pameran seni patung karya seniman terkenal, Dolorosa Sinaga dan Budi Santoso, yang digelar di Galeri Nasional pada Kamis sore, 8 Agustus 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Megawati Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), berbagi cerita tentang latar belakang keluarganya yang tak hanya berkiprah di dunia politik, tetapi juga memiliki ketertarikan dan perhatian besar terhadap seni.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, dalam kunjungannya ke pameran seni tersebut, Megawati juga mencermati perkembangan dalam teknik dan bahan yang digunakan oleh para seniman masa kini. Ia memberikan perhatian khusus pada salah satu karya Dolorosa Sinaga, seorang seniman patung terkemuka, yang kini tidak lagi menggunakan perunggu sebagai bahan utamanya. Sebagai gantinya, Dolorosa bereksperimen dengan material alumunium, yang menurut Megawati, mencerminkan adaptasi dan inovasi dalam seni patung modern.

Dolorosa Sinaga adalah seorang pematung Indonesia yang sangat berpengaruh. Karya-karyanya dikenal karena mengangkat tema-tema sosial, budaya, dan spiritual yang kuat, serta seringkali menyuarakan suara perempuan dan kelompok marginal.

Dolorosa Sinaga lahir pada tanggal 31 Oktober 1952 di Sibolga, Sumatera Utara. Beliau adalah seorang seniman yang sangat produktif dan telah banyak berkontribusi pada perkembangan seni patung di Indonesia. Karya-karyanya seringkali mengundang pemikiran dan diskusi, karena mengangkat isu-isu yang relevan dengan kehidupan masyarakat.

Dolorosa Sinaga, maestro patung Indonesia, memiliki preferensi pada perunggu karena sifat material ini yang kuat dan penuh kontras. Ia melihat perunggu sebagai cerminan dualitas manusia, menggabungkan kekuatan dan kelembutan dalam satu bentuk. Sementara itu, aluminium yang dilapisi resin memberikan kesan yang lebih ringan dan elegan, cocok untuk menggambarkan gerakan dinamis seperti tarian.

Dilansir dari gni.kemdikbud.go.id, pada awal perjalanan karyanya, Dolorosa mengangkat tema tragedi dan kesedihan sebagai fokus utama. Hal ini tercermin dalam karya-karya seperti Olympa, Tragic Tendency, dan The Wailings (1994). Namun, seiring berjalannya waktu, karyanya berkembang menjadi sarat dengan semangat perlawanan terhadap kondisi sosial-politik pada masa itu. 

Salah satu contoh yang kuat adalah patung Resistante (1996), yang menggambarkan figur perempuan dengan satu tangan mengepal di belakang tubuhnya, sementara tangan lainnya meremas dada, mengekspresikan perpaduan antara rasa sakit dan amarah yang tercermin jelas di wajahnya.

Karya-karya besar Dolorosa, seperti Solidaritas (2000), menjadi simbol pergerakan sosial dan mengungkapkan bagaimana pengalaman pribadinya dalam menghadapi gejolak ekonomi, sosial, politik, dan budaya selama masa Orde Baru dan Reformasi telah membentuk konsep serta praktik seni yang ia kembangkan. 

Karya Dolorosa Sinaga, "I, The Witness", bukan sekadar patung, melainkan sebuah monumen bagi keadilan dan kebenaran. Patung ini hadir sebagai pengingat akan peristiwa kelam yang pernah terjadi dan sebagai panggilan untuk terus memperjuangkan hak-hak korban. Dengan gaya yang minimalis namun penuh makna, Dolorosa berhasil menyentuh hati para penikmat seni dan menggugah kesadaran publik tentang pentingnya menghormati martabat manusia.

Meskipun karya-karya Dolorosa Sinaga seringkali mengangkat tema-tema sosial yang berat, seperti kekerasan, ketidakadilan, dan penderitaan, namun seniman ini juga tidak melupakan keindahan dan kegembiraan hidup. Seri "Pas de Deux" (2004) dan "The Lovers" (2005), misalnya, menggambarkan sisi romantis dan penuh kasih sayang dari kehidupan manusia.

Beberapa patung juga dibuat di luar negri seperti Gate of Harmony (1987) di Kuala Lumpur Malaysia, Theme for us today: The Crisis (1998) dan At the Border (2004) di Hue, Vietnam, Faith and Illusion (1996) dan Stand in the Queue (2006) di Pievasciata Sculpture Park of Chianti, Itali, dan Monumen Semangat Angkatan 66, di daerah Kuningan, Jakarta, Monumen Sukarno di Aljazair (2020).

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus