Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Menggelitik duit penonton

Film-film warkop prambors berhasil menyedot penonton. film "maju kena mundur kena" ditonton hampir 700.000 orang. (fl)

13 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DONO, Kasino, Indro, mengendarai sepeda dan tiba di pantai. Dua orang cewek cantik berpakaian renang berjalan mendekat. Sambil terus mengayuh sepeda, mereka melengos, menghindari pemandangan "mesum" itu. Tapi apa lacur, seekor kerbau yang sedang merumput luput dari pandangan mereka. Tabrakan pun tak terhindarkan, dan ketiganya jatuh terpelanting dari sepeda. Lalu nyeletuklah salah seorang di antara trio itu: "Cewek mulus lu singkirin, eh, pantat kebo dimakan!" Penonton pun gerrr. Tawa, memang sering terdengar selama pemutaran film Maju Kena Mundur Kena (MKMK) yang bercerita tentang mahasiswa pondokan yang nyambi di bengkel dan jatuh hati pada cewek cantik. Dalam film terakhir dari Warkop Prambors itu, yang diputar pada bulan puasa dan Lebaran tempo hari, ternyata menyabet sukses luar biasa. Film ini mampu bercokol sebulan lebih di bioskop kelas atas dan menengah di Jakarta. Dan menurut catatan PT Perfin (Peredaran Film Indonesia), MKMK selama masa putar itu berhasil menyedot penonton hampir 700 ribu orang. Ini sebuah rekor baru. Film komedi yang dibintangi tiga orang "pelawak kampus" itu, menurut Asisten Pengembangan Pemasaran Perfin Chaidir Rahman, "mampu mengalahkan film jenis lain seperti, drama, sejarah, dan percintaan. Film Di Balik Kelambu, yang meraih enam Piala Citra dalam FFI 1983, misalnya, hanya mampu mengumpulkan sekitar 250 ribu penonton. Film Sangkuriang menyedot 190 ribu, sedangkan film sejarah R.A. Kartini, yang dibintangi Yenny Rahman, hanya mampu menarik sekitar 112 ribu pembeli karcis. Sukses MKMK, menurut Indro, "tak lain karena kami betul-betul kerja keras dalam pembuatannya." Setiap adegan atau kelucuan yang hendak dimunculkan, selalu didiskusikan secara matang dengan sutradara Arizal. Kerinduan penggemar, karena Warkop jarang muncul di panggung maupun tv, menurut Chaidir, turut memberi andil dalam membanjirnya penonton ke gedung bioskop. Mengapa penonton menyukai trio pelawak Warkop Prambors? "Saya nggak tahu lucunya di mana. Tapi kalau nonton Warkop, sampai di rumah saya masih bisa tertawa," komentar seorang penonton yang mengaku nonton MKMK sampai dua kali di bioskop Tawang, Jakarta Pusat. "Saya kira karena adegan-adegan dalam film MKMK memang lucu, dan juga tampang-tampang pelakunya khas. Ceritanya sendiri ringan, tapi setiap menit kita dibuatnya tertawa," sela penonton lain. Seorang mahasiswa melihat gelitikan trio Dono-Kasino-Indro pas dikarenakan mereka memainkan dunianya sendiri. Kelucuan yang dibuat, sesuai dengan dunia mereka yang sudah menjadi trade mark, yaitu dunia anak muda atau mahasiswa. Kalau mereka nanti main sebagai bos atau jadi penjahat, mungkin tidak lucu lagi," katanya. Dono dan Kasino adalah alumni fakultas ilmu sosial dan politik Universitas Indonesia, sedang Indro adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila, Jakarta. Dari segi banyolan yang ditampilkan, seperti diakui Dono dan kawan-kawan, sebenarnya hampir tak ada yang baru. Bahkan menurut Indro, film IQ Jongkok, yang beredar Mei 1982, sebenarnya lebih lucu. Tapi film tersebut cuma ditonton sekitar 200 ribu orang. Sebaliknya MKMK yang mereka nilai kurang lucu, "Eh, malah laku," komentar Kasino. Terus terang diakui bahwa apa yang disebut lucu, resepnya belum ketahuan. "Ukuran relatif sekali," sambungnya. Namun untuk membuat penonton tertawa, mereka tidak mengandalkan senjata dialog. Soalnya, kata Dono, dialog mempunyai kelemahan. "Penonton sering tidak bisa menangkap," katanya. Mereka tampak belajar dari film Mana Tahan, yang di Jakarta dan kota-kota lain meledak, namun tak begitu digemari di luar Jawa. Soalnya, karena faktor bahasa. Antara lain, seringnya dipakai dialek Betawi. Di samping itu mereka juga menimba ide lawakan dari pemunculan di panggung. Banyolan yang mengundang tawa panjang penonton, otomatis mereka angkat ke layar putih. Meski mungkin kurang komunikatif, film-film Warkop umumnya masuk box office -- dalam arti ditonton oleh lebih dari 100 ribu orang. Chips, misalnya, menyedot hampir 500.000 penonton. Sedang Pintar-Pintar Bodoh, film terlaris tahun 1981, menggaet 475 ribu orang. Tak heran bila Dono-Kasino-Indro kini makin diincar produser. Sampai tahun 1984 mereka sudah teken kontrak untuk beberapa film. Honornya, sudah tentu, tinggi. Dari MKMK, yang diproduksi Parkit Film kabarnya mereka mendapat bayaran Rp 80 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus