MESSAGE IN A BOTTLE |
Sutradara | : | Luis Mandoki |
Skenario | : | Gerald Dipego |
Pemain | : | Kevin Costner, Robin Wright-Penn, Paul Newman |
Produksi | : | Warner Bros |
SEBUAH botol terdampar di tepi pantai. Pada abad yang memasuki milenium, pada abad yang telah menggunakan internet untuk berkomunikasi, ternyata ada sebuah cinta yang disampaikan melalui sebuah botol tua.
Theresa Osborne (Robin Wright-Penn) menemukan botol itu. Dan wartawan periset Chicago Tribune itu menyusuri tepian Amerika, kampung demi kampung, untuk mencari pemilik tulisan tersebut. Pemilik cinta itu.
Ternyata sang penulis surat, pemilik cinta itu, adalah seorang lelaki yang dingin dan ketus. Garret Blake (Kevin Costner), yang ditinggal mati istri tercinta, Catherine, tiba-tiba melihat dunia menjadi sebuah tempat yang muram dan sepi. Suratnya yang terakhir yang menghantar istrinya berpulang itu seolah adalah sekaligus kuburan bagi hatinya.
Adalah Theresa yang kemudian mencoba meniupkan roh bagi jiwa yang sudah "mati" itu. Kehidupan sunyi—ditemani oleh Dodge, ayah yang gaek tapi periang itu (diperankan dengan baik oleh Paul Newman)—kemudian perlahan menjadi riang karena Theresa. Keinginan mencari tahu untuk bahan tulisan korannya berkembang menjadi jalinan cinta yang tak terencana. Dan Theresa tak kunjung sanggup mengaku pada sang duda bahwa ia semula datang untuk sebuah pekerjaan, bukan untuk mengisi hari sepi sang duda.
Toh akhirnya, ketika sang duda menghampiri Theresa ke apartemennya di Chicago, kedok itu terbuka. Botol itu ditemukan. Garret dibakar amarah. Theresa dibakar cemburu karena Garret masih sering terbayang istrinya.
Lalu apa yang istimewa?
Kevin Costner? Selalu bermain sama saja sebagai Robin Hood, Elliot Ness, Dances with Wolves, seorang bodyguard atau seorang pemain golf. Dia bermain sama saja, tak pernah punya tekanan yang sama, caranya tersenyum; caranya mengumbar kata; caranya memperlihatkan kehangatan atau kemarahan. Dia hanya bisa memperlihatkan seorang Kevin Costner.
Jadi, dari segi peran, apa boleh buat, penghargaan jatuh pada tangan Paul Newman, yang sangat bersinar dalam film ini. Dia adalah seorang ayah, bekas pemabuk yang mencintai anak lelakinya yang hidup dalam kesendirian dan tenggelam dalam duka. Adalah dia yang mencoba memperkenalkan putranya pada "kehidupan berikutnya setelah duka yang dalam...." Dan adalah sosok Paul Newman yang juga bisa menimbulkan senyum ketika bergurau, "Jika aku lebih muda 100 tahun, kau dalam bahaya, Nak," katanya kepada Theresa yang cantik.
Selebihnya adalah keindahan panorama bagian timur AS yang jarang terjamah kamera—kecuali untuk film-film dokumenter.
Romantisme percintaan melalui pesan-pesan di dalam botol tua hanya menjadi bumbu penyedap pada abad internet ini. Nilainya bak seonggok barang antik di antara mebel modern. Botol-botol yang dilempar ke laut dan ditemukan memberikan efek insiden-insiden, kebetulan-kebetulan ala kisah abad ke-19, yang kemudian mempertautkan masa lalu dan masa kini, yang akhirnya melarutkan kisah pada kecengengan.
Apalagi film ini diawali dengan sebuah tragedi kematian dan diakhiri dengan tragedi yang sama, maka lengkaplah resep romantisme abad ke-19 yang diberi setting yang modern. Percintaan yang tragis yang penuh air mata dan yang mungkin akan abadi. Maka, untuk menonton film ini, siapkan satu kotak tisu.
Percintaan Melalui Botol Tua
Sebuah kisah cinta yang terungkap melalui surat di dalam botol tua yang terdampar. Romantisme pada abad milenium.
Leila S. Chudori