Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"NAMA Pak Ali Wardhana hampir mirip dengan bahasa Jepang Arewa Warudana. Secara harfiah, kalimat itu berarti 'itu orang jahat'," kata Duta Besar Jepang Sumio Edamura ketika berpidato di kediamannya, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. "Tapi bila kalimat itu ditujukan kepada politisi atau kepada seorang pakar di bidang ekonomi, maka kalimat pendek itu berarti sebaliknya. Yaitu orang luar biasa, penuh dengan inspirasi atau dalam bahasa Inggris resourceful person," lanjut Edamura-san, langsung dihajar tepuk tangan para tetamu, antara lain, para Menteri Kabinet. Ali Wardhana, 60 tahun -- ditemani istrinya, Rendarsih -- menerima "Tanda Jasa Tertinggi Harta Suci Agung" dari Sri Baginda Kaisar Jepang Hirohito, disampaikan lewat Edamura Selasa pekan lalu. Ali dipandang sebagai orang yang 'sangat berjasa bagi terwujudnya saling pengertian antara kedua negara'. "Ini bukan usaha saya sendiri tapi usaha bersama," ujar Ali Wardhana kepada Bachtiar Abdullah dari TEMPO. Selain mengurus "harta negara", Ali suka mengumpulkan prangko, beternak ayam, berkebun, khususnya mengurus tanaman durian. "Mau dagang durian saja kalau sudah pensiun," guraunya. Syukurlah, usai menjabat Menteri Keuangan, ia ditunjuk sebagai Menko Ekuin dan Pengawasan Pembangunan pada (1983-1988), sedang kini sebagai Penasihat Pemerintah RI untuk masalah keuangan. Kalau tidak, semua tukang durian bisa bangkrut, kalah bersaing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo