TEMPO.CO, Padang -- Dokter forensik Rumah Sakit Umum Pusat Dr M. Djamil, Kota Padang, dr Rika Susanti, SpF, memastikan meninggalnya adik-kakak Faisal-Budri M. Zen di kamar mandi tahanan Kepolisian Sektor Sijunjung, Sumatera Barat, bukan akibat gantung diri. Namun ia tidak bisa menyebutkan penyebab pasti kematian mereka. "Tidak ada petunjuk yang menyimpulkan keduanya tewas akibat gantung diri," kata Rika saat ditemui Tempo di Padang, Sabtu, 14 Januari 2012.
Rika menegaskan kakak-adik ini sempat lemas sebelum meninggal. Namun dia tidak menemukan ciri-ciri orang meninggal karena gantung diri pada dua anak itu. Menurut dia, lidah menjulur dan air mani keluar bukan bukti ilmiah ciri-ciri orang tewas akibat gantung diri.
Rika menyatakan otopsi terhadap mayat Faisal dan Budri dilakukan pada 29 Desember 2011 malam. Menurut dia, hasil otopsi tidak menemukan adanya luka atau memar akibat kekerasan pada kepala Faisal dan Budri. Ketika dilakukan otopsi, ia hanya menemukan bekas luka melingkar di sekeliling leher dan luka pada kaki.
Namun soal bekas adanya kekerasan ini berbeda dengan kesaksian beberapa anggota keluarga Faisal-Budri yang sempat menjenguk mereka di tahanan sebelum meninggal. Bainar, 25 tahun, kakak sepupu Faisal-Budri, menyatakan, ketika menjenguk Faisal di sel tahanan pada Jumat, 23 Desember 2011 siang, ia melihat Faisal sedang kesakitan.
Menurut Bainar, Faisal mengaku kepalanya dipukul pakai kayu dan beberapa badannya juga memar akibat pukulan. "Saya mengantarkan nasi ke sel. Sesampai di sana, Faisal menangis dan mengadu dipukuli di sel," ujar Bainar ketika ditemui Tempo di dekat rumahnya, di Jorong Ambacang Nagari Pulasan, Kabupaten Sijunjung, Kamis lalu.
Kakak Faisal-Budri bernama Rat, 22 tahun, saat berkunjung ke sel tahanan Polsek Sijunjung pada 26 Desember 2011 siang juga melihat adiknya itu merintih kesakitan. "Saat itu saya suruh dia membuka bajunya. Saya menemukan memar bekas pukulan di punggung Faisal," ujar Rat.
Kepada Rat, Faisal juga mengatakan bahwa ia dipukuli di sel. "Dia menyuruh saya untuk cepat pulang. Sebab, kalau lama saya di sini (tahanan), nanti dia akan dipukuli lagi," ujar Rat mengenang saat ia bertemu terakhir kali dengan adiknya itu.
Faisal, 15 tahun, masuk penjara Polsek Sijunjung pada 21 Desember 2011, setelah dibekuk polisi di dekat Masjid Nurul Yaqin, Nagari Pematang Panjang, karena diduga akan mengambil isi kotak amal masjid. Adapun kakaknya, Budri, 17 tahun, ditahan sejak 26 Desember 2011 karena diduga terlibat dalam pencurian 19 sepeda motor bersama Faisal di wilayah Sijunjung. Keduanya ditemukan tewas di kamar mandi tahanan pada 28 Desember tahun lalu.
Markas Besar Kepolisian RI menolak menanggapi pernyataan dokter forensik, Rika Susanti. "Biarin saja, hasil visum kan tertulis ada (gantung diri)," kata juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution, kemarin. Saud mengatakan hasil visum yang diperoleh Mabes Polri berasal dari Rumah Sakit Umum Pusat Dr M. Djamil, Padang. Dijelaskan secara tertulis bahwa keduanya meninggal karena gantung diri. "Visum tidak mungkin dikarang-karang."
Saud justru mempertanyakan kebenaran Rika sebagai dokter forensik. Sebab, kata dia, hasil visum yang diserahkan rumah sakit tempat Rika bekerja ke polisi tidak menyatakan demikian. "Ada tanda tangan dia enggak di visum itu?" tanya Saud. "Kami membaca hasil visum dan menemukannya (gantung diri)," ujarnya menegaskan.
ANDRI EL FARUQI | TRI SUHARMAN | SUNUDYANTORO
Berita Terkait
Bagaimana Kakak-Beradik itu Ditemukan Tewas di Polsek Sijunjung?
Kasus Kakak-Adik di Sijunjung, Polisi Identik Kekerasan
Komisi Tiga Harus Pantau Kasus Faisal-Budri
Perlu Tim Independen Usut Tewasnya Kakak-Adik di Sijunjung
Police Watch Anggap Kematian Faisal-Budri Janggal
KPAI Bagikan Sandal ke Anak di Rutan Pondok Bambu
Benarkah Faisal Diamuk Warga Soal Kotak Amal?
Keluarga: Faisal dan Budri Tidak Pernah Mencuri