Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi pelaku diet kerap memilih satu hari untuk melanggar aturan diet, atau yang dikenal dengan istilah cheating day. Seseorang yang tengah menjalani diet dapat beristirahat dan mengonsumsi makanan yang ada di luar menu dietnya. Selama satu hari, Anda dapat leluasa mengonsumsi makanan yang menjadi pantangan dalam program diet Anda. Setelah satu hari itu berakhir, maka Anda akan kembali ke menu yang sudah ditetapkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bagi pelaku diet yang lebih ketat, cheating day terkadang dapat diganti menjadi cheating meal di mana kesempatan untuk memakan menu di luar diet hanya diizinkan saat satu kali waktu makan. Misalnya pada saat makan siang atau makan malam. Teori di balik cheating day atau cheating meal ini merupakan konsep psikologis usaha dan imbalan. Setelah bekerja keras menjalani diet, maka Anda berhak menerima imbalan berupa satu waktu menikmati kemewahan hidangan yang di luar jangkauan pada saat berdiet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dengan begitu ketika Anda kembali ke hari diet yang biasa, Anda dapat bersemangat menjalaninya. Anda pun dapat terhindar dari perasaan jenuh dan dapat menjalani program diet dengan lebih patuh.
Metode cheating day sangat bervariasi. Penerapannya pun bisa berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Semuanya tergantung pilihan dan goal dari program diet masing-masing individu. Tidak ada pedoman khusus mengenai waktu atau menu apa yang harus dipilih. Namun satu hal yang perlu diperhatikan, cheating day tidak seharusnya merusak pola diet Anda.
Cheating yang berarti ‘curang’ dalam bahasa Indonesia memang memiliki konotasi negatif. Namun berlawanan dengan artinya, ternyata cheating day dapat memotivasi Anda untuk tetap taat menjalani program diet.
Pada sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Consumer Psychology telah diamati dua kelompok peserta diet. Satu kelompok menjalani cheating day dan kelompok lainnya tidak menjalaninya. Hasilnya diungkapkan bahwa para peserta diet yang menjalani cheating day mengalami penurunan berat badan yang sama dibandingkan dengan kelompok yang diet terus-menerus. Padahal kelompok cheating day mengonsumsi kalori lebih banyak.
Hal ini bisa terjadi karena cheating day dapat memotivasi para peserta untuk tetap menjalani diet. Selain itu juga mereka mengaku merasa punya strategi untuk menghadapi godaan di tengah-tengah diet ketat mereka.
Cheating day dapat menjadi salah satu penunjang berhasilnya program diet, asalkan dilakukan dengan benar. Cheating day yang efektif tetap memerhatikan asupan kalori yang dikonsumsi. Pada cheating day, Anda bisa makan makanan apa saja sesuka Anda, tapi sebaiknya tetap memerhatikan porsinya.
Penting untuk tidak makan berlebihan meskipun ini adalah waktunya Anda ‘bebas’. Hari tersebut haruslah dijadikan momen di mana Anda bisa makan makanan kesukaan Anda, bukan menjadi ajang makan banyak seperti Anda sedang kelaparan.
Ada beberapa kondisi di mana cheat day bisa menjadi berbahaya bagi program diet
1. Orang yang menjadikan makanan sebagai pelarian
Ada orang-orang yang terbiasa menghibur diri mereka dengan makanan ketika sedih atau stres. Bagi orang-orang tersebut, cheating day mungkin tidak akan berjalan efektif. Karena cheat day berfokus pada sistem ‘imbalan’, ada potensi celah ini menjadi alasan untuk dilakukan bukan hanya pada satu waktu. Orang-orang jenis ini bisa saja melakukan cheating day kapan pun mereka merasa perlu diberi imbalan atas emosi yang mereka rasakan.
2. Orang yang memiliki gangguan pola makan
Cheating day dikhawatirkan dapat mendorong perilaku makan tanpa berhenti. Sehingga tidak cocok dilakukan pada orang yang memiliki gangguan pola makan. Misalnya orang yang kecanduan makanan.
3. Orang yang hanya melihat penampilan fisik saja
Cheating day adalah salah satu produk dari budaya media sosial. Program ini dipopulerkan oleh atlet dan pegiat fitness. Namun perlu diingat, atlet membakar banyak kalori. Jadi tidak heran jika meskipun mereka melakukan cheating day, badan mereka selalu tampak ideal. Dikhawatirkan cheating day ini dapat merusak mental dari pelakunya. Apalagi jika mereka mendapati badan mereka tidak sama seperti atlet yang dilihat di media sosial.