Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Garuda Indonesia Dijual
PERUSAHAAN maskapai penerbangan milik pemerintah, PT Garuda Indonesia, rencananya bakal dijual. Menteri Negara BUMN Sugiharto mengatakan, perusahaan itu akan segera ditawarkan ke investor strategis. ”Makin cepat, makin baik,” katanya, Selasa pekan lalu.
Dalam rapat koordinasi Menteri Koordinator Perekonomian dengan Menteri Perhubungan, Menteri BUMN, dan Dewan Direksi Garuda, pemerintah menyarankan maskapai itu mengundang investor strategis untuk mengatasi problem keuangannya. Sugiharto optimistis, meski dililit utang, perusahaan ini masih menarik. ”Peminatnya banyak,” katanya.
Rencananya, kata Sugiharto, penawaran saham akan dilakukan bertahap dan jumlahnya tidak akan melebihi 49 persen. Namun, Menteri Perhubungan Hatta Radjasa mengatakan, opsi penawaran masih dikaji. Usul ini pun masih harus disetujui DPR dan presiden.
Gaji Pegawai Negeri Naik
PEGAWAI negeri sipil bisa sedikit lega hati pada awal tahun ini. Terhitung mulai Januari 2006, pemerintah akan menaikkan gaji pokok, plus kenaikan tunjangan dan pembayaran gaji ke-13. Untuk keperluan itu, dana Rp 16 triliun telah disiapkan. Dana itu telah tersedia di 172 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara di seluruh Indonesia.
Menurut Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan, Mulia Nasution, jumlah itu Rp 4 triliun lebih banyak dibandingkan dengan dana yang biasa disiapkan selama ini. ”Dana itu siap dicairkan begitu peraturan pemerintah tentang kenaikan gaji pegawai negeri terbit,” katanya.
Kalaupun sampai Januari peraturan gaji baru belum keluar, pegawai negeri diminta tidak gundah-gulana. Mulia memastikan, bakal ada rapel kenaikan gaji pada bulan berikutnya. ”Haknya tidak hilang,” ujarnya.
Dengan kenaikan ini, pegawai negeri yang bergolongan paling rendah minimum akan mendapat gaji Rp 1 juta. Kenaikan gaji pokok juga berlaku bagi pensiunan pegawai negeri.
Sasak Berugak Mendunia
ORANG Lombok di Nusa Tenggara Barat kini banyak menjual rumah sampai ke mancanegara. Yang dijual adalah sasak berugak, yakni bangunan segi empat buat duduk-duduk di luar rumah tradisional Lombok. Atapnya bisa dari genteng atau alang-alang.
Bangunan buat kongko-kongko alias gasebo itulah yang kini banyak diminati wisatawan asing yang melancong ke Lombok. Ratusan unit sudah diekspor dalam setahun terakhir, antara lain ke beberapa negara Eropa, Amerika Serikat, Australia, juga ke Thailand dan Malaysia.
Haji Ihsan, 55 tahun, warga Desa Taman Sari, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, kini tengah sibuk mengerjakan 40 unit berugak pesanan dari Yunani. Tiap unit ukuran 3,5 meter kali 3,5 meter dihargai Rp 5 juta. Sebelumnya, ia juga telah mengirim 75 unit ke Malaysia dan empat unit ke Amerika. ”Bisa 10-20 unit sebulan,” katanya kepada Supriyantho Khafid dari Tempo.
Order juga membanjir pada Zohri, 32 tahun, pemilik usaha Tunas Ampel di desa yang sama. Ia mengaku sudah menyelesaikan 20 unit berugak berbahan kayu kelapa super pesanan dari Thailand. Pesanan lain datang dari Arab Saudi dan Amerika.
Tender Tol Sepi Peminat
SEMBILAN ruas jalan tol dari 13 ruas yang ditawarkan ke investor terancam batal dibangun pada 2006. Menurut Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Departemen Pekerjaan Umum, Hisnu Pawenang, minat investor terbilang sepi. ”Empat ruas sama sekali tak ada yang menawar,” katanya, awal pekan lalu. Keempat ruas itu adalah Cileunyi-Sumedang, Semarang-Demak, Medan-Binjai, dan Manado-Bitung.
Kalaupun ada peminat, jumlahnya tak sesuai dengan ketentuan pemerintah, yang mengharuskan tender sedikitnya diikuti tiga peminat. Contohnya untuk tiga ruas—Medan-Tebingtinggi, Serangan-Tanjung Benoa, dan Tegineneng-Bakauheni—masing-masing hanya diminati satu investor. Sedangkan dua ruas terakhir, yakni Pasir Koja-Soreang dan Pekanbaru-Kandis, hanya diikuti dua konsorsium.
Praktis, kini hanya empat ruas yang siap ditenderkan, yaitu Tangerang-Sedyatmo-Merak (5 peminat), Tangerang-Serpong-Merak (6 peminat), Serpong-Cimone (5 peminat), dan Jagorawi-Cikampek (5 peminat).
Menurut Hisnu, Konsorsium Bakrie Global termasuk yang berminat atas ruas tol Tangerang-Sedyatmo-Merak. Tapi, keluarga Sampoerna malah absen. ”Sampoerna maunya jalan tol yang sudah jadi, sehingga tidak usah repot-repot membangun dan tanpa risiko.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo