Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Bacharudin Jusuf Habibie meninggal dunia pada pukul 18.05 WIB, Rabu 11 September 2019, di RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pun mengenang mendiang Habibie sebagai sosok yang sangat berjasa untuk mendongkrak nilai tambah industri manufaktur melalui konsep Habibienomics di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Beliau pendukung kebijakan hilirisasi atau nilai tambah manufaktur,” kata Menperin melalui pesan aplikasi di Jakarta, Rabu malam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Airlangga menyampaikan, pendekatan teknologi untuk kesejahteraan yang dicanangkan mantan Presiden Habibie merupakan filosofi yang relevan untuk terus dilanjutkan.
“Bapak Presiden Joko Widodo kemudian mengimplementasikannya pada periode pertama pemerintahannya dengan pembangunan infrastruktur, hilirisasi mineral, serta di fasilitasinya merek nasional dalam berbagai produk manufaktur nasional,” ungkap Airlangga.
Pemikiran presiden ketiga RI tersebut juga diimplementasikan dalam membangun ekosistem teknologi, seperti menciptakan ekosistem Industri 4.0 saat ini.
Habibie yang lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936 itu wafat akibat masalah pada jantungnya. Putra kedua Habibie, Thareq Kemal Habibie mengatakan ayahnya meninggal karena penurunan fungsi tubuh dan gagal jantung.
Sebanyak 44 dokter yang dipimpin oleh tim dokter kepresidenan sudah bekerja merawat Habibie sejak ayah dua putera tersebut dirawat di RSPAD Gatot Soebroto pada 1 September 2019.
ANTARA