Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Harga Ayam Hidup Anjlok, Kemendang Kurangi 8 Juta Butir Bibit DOC

Pengurangan bibit dilakukan dengan cara menarik telur tertunas atau hatching egg (HE) umur 19 hari untuk mendongkrak harga ayam hidup

28 November 2019 | 08.16 WIB

Masa aksi dari Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional melakukan unjuk rasa di depan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta, Kamis, 5 September 2019. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Masa aksi dari Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional melakukan unjuk rasa di depan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta, Kamis, 5 September 2019. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian Sugiono menuturkan telah mengurangi bibit atau day old chicken (DOC) untuk final stock (FS) sebanyak 8 juta butir selama November. Pengurangan bibit dilakukan dengan cara menarik telur tertunas atau hatching egg (HE) umur 19 hari untuk mendongkrak harga ayam hidup di tingkat peternak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan rapat koordinasi perunggasan tanggal 19 November lalu, Sugiono kementerian kembali mengurangi telur sebanyak 7 juta per pekan mulai 1 Desember nanti. Adapun target total pengurangan HE pada Desember sebanyak 28 juta butir. “Dampak ini bisa mengurangi produksi DOC FS dari pembibit sebanyak 26,6 juta ekor, yang artinya akan ada pengurangan 6.650.000 ekor per pekan," ujar Sugiono kepada Tempo, kemarin.

 

Dengan begitu, kata Sugiono, akan mengurangi penyediaan livebird sebanyak 10.627 ton. Menurut Sugiono, berdasarkan kalkulasi teknis dapat diperhitungkan bahwa pengurangan HE akan berpengaruh pada pengurangan produksi karkas ayam satu bulan kemudian sebanyak 7.332 ton.  “Selama ini, harga livebird ditentukan oleh mekanisme pasar, dengan adanya cutting HE diharapkan dapat berpengaruh pada peningkatan harga livebird,” ujar Sugiono. 

 

Selain itu, Sugiono mengatakan pemerintah ikut mendorong pelaku usaha menengah besar, termasuk perusahaan terintegrasi, untuk mengurangi peredaran livebird di pasar becek. Adapun stok livebird perusahaan terintegrasi harus dialihkan sebagian besar untuk dipotong di rumah potong hewan unggas (RPHU) dan disimpan di cold storage. “RPHU harus dioptimalkan, selain dapat mengurangi peredaran livebird juga berfungsi sebagai buffer stock dalam bentuk karkas beku,” ujar Sugiono. 

 

Pengurangan populasi ini dilakukan menyusul anjloknya harga ayam hidup di tingkat peternak selama beberapa waktu terakhir. Saat ini harga ayam hidup berada di bawah harga acuan sebesar Rp 18 ribu per kilogram yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018.

 

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah Parjuni mengatakan kementan sebelumnya juga pernah melakukan pengurangan populasi DOC FS sebanyak 10 juta butir pada  September lalu. Cara tersebut mulai efektif yang berdampak pada naiknya harga ayam peternak pada Oktober. Namun, Parjuni mengatakan pengurangan cutting HE menjadi 5 juta butir pada bulan lalu membuat harga ayam kembali anjlok. Sementara, Desember hanya memotong sekitar 7 juta butir per pekan.

 

“Jadi risiko di depan jauh lebih besar pada masa panen livebird. Dampak terburuk peternak nambah utang karena kami rugi. Tidak mungkin kami bertahan terus kalau tidak tambah utang,” ujar Parjuni.

 

Tak sampai di situ, Parjuni mengatakan peternak semakin merugi lantaran harga sarana produksi ternak (sapronak) justru terus naik. Ia berharap pemerintah juga ikut mengatur harga DOC yang selama ini diatur oleh perusahaan integrator. Saat ini, ia mencatat harga DOC sudah mencapai Rp 6 ribu per ekor atau naik dari beberapa waktu lalu sekitar Rp 4 ribu per ekor.

 

“Sedangkan daging (ayam) kan tidak ikut naik 50 persen itu. Mungkin perlu ada permendag  baru, khususnya yang masalah pengaturan bibit. Karena itu belum ada sama sekali (aturannya),” ujar Parjuni.

 

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga sempat menemui peternak tersebut di kantornya, kemarin. Dalam pertemuan itu, Jerry mengatakan masih menampung keluhan yang telah memberatkan peternak. Menurut dia, harus ada kajian terkait kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pejabat sebelumnya. “Jadi kami ingin lihat dulu secara komprehensif, yang menjadi sentral masalahnya apa, baru nanti kami akan follow up,” ujar Jerry.

 

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Suhanto mengatakan akan mengevaluasi Permendag 96 Tahun 2018 yang mengatur harga acuan ayam hidup. Suhanto juga mengatakan akan mempertimbangkan masukan peternak untuk mengatur harga bibit dan pakan. “Agar stabilitas harga livebird di peternak juga seiring dengan stabilitas harga bibit dan pakannya. Tentunya kami akan koordinasikan lebih lanjut dengan Kementan,” ujar Suhanto.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus