Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Jokowi: 5 Tahun ke Depan Saya Sudah Tidak Ada Beban

"Lima tahun ke depan mohon maaf saya sudah enggak ada beban. Saya sudah enggak bisa nyalonkan lagi," kata Jokowi

9 Mei 2019 | 13.48 WIB

Presiden Jokowi menyampaikan sambutan saat kegiatan peresmian Pasar Badung di Denpasar, Bali, Jumat, 22 Maret 2019. Pasar ini dilengkapi fasilitas jaringan internet gratis, ruang bermain anak, sekolah bagi anak pedagang pasar, enam lift dan 10 eskalator. ANTARA/Fikri Yusuf
Perbesar
Presiden Jokowi menyampaikan sambutan saat kegiatan peresmian Pasar Badung di Denpasar, Bali, Jumat, 22 Maret 2019. Pasar ini dilengkapi fasilitas jaringan internet gratis, ruang bermain anak, sekolah bagi anak pedagang pasar, enam lift dan 10 eskalator. ANTARA/Fikri Yusuf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta para menteri dan kepala daerah untuk terus menyederhanakan organisasi dan perizinan. Reformasi struktural dan birokrasi itu, kata Jokowi, menjadi salah satu syarat agar Indonesia bisa menjadi negara dengan ekonomi terkuat di dunia pada 2045.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Lima tahun ke depan mohon maaf saya sudah enggak ada beban. Saya sudah enggak bisa nyalonkan lagi. Jadi apapun yang paling baik, terbaik untuk negara akan saya lakukan. Jadi, yang namanya penyederhanaan perizinan saya bolak-balik ngomong," kata Jokowi dalam pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional 2019 di Hotel Shangri-La Jakarta, Kamis, 9 Mei 2019.

Menurut Jokowi, lembaga yang tidak diperlukan, tidak efisien, dan tidak memberikan kontribusi riil untuk negara sebaiknya ditutup saja. Sehingga, lembaga tersebut tidak akan terus membebani keuangan negara. Semakin sederhana sebuah organisasi, kata dia, akan semakin fleksibel dalam memutuskan sebuah kebijakan.

Dalam hal perizinan, Jokowi meminta agar investor yang berorientasi pada ekspor dan substitusi barang impor diberikan kemudahan. Sebab, kata dia, selama ini banyak investor yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia, namun hanya sedikit yang berhasil tembus perizinannya.

"Contoh saja pembangkit listrik baik tenaga uap, angin, panas bumi, semuanya ruwet, ruwet, ruwet. Saya, 5 tahun lalu saya cek betul berapa izin di situ. 259 izin! Apa nggak terengah-engah investornya? Urus izin enggak mungkin 3 tahun, 259 izin, siapa yang kuat?"

Menurut Jokowi, 259 izin itu kini sudah dipangkas menjadi 58 izin. Namun, itu pun masih terlalu banyak. Jokowi menilai, untuk berinvestasi, idealnya pengusaha hanya perlu mengurus paling banyak lima perizinan. Bahkan, seharusnya izin bisa diurus belakangan jika investasi yang masuk adalah yang berorientasi pada ekspor dan subtitusi barang impor.

"Saya pengen ngomong sama menteri-menteri kalau investasi kayak orientasi ekspor, substitusi batang impor, kalau perlu enggak pakai izin. Izinnya diberikan kemudian," kata Jokowi.

 

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus