Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan dompet digital, Ovo, menyediakan platform pembayaran untuk kegiatan saweran online yang akan disalurkan khusus bagi para seniman tari. Program bertajuk "KolaborArsty" itu merupakan hasil kerja sama antara Ovo, Dewan Kesenian Jakarta, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Kami berupaya membantu pemerintah dan masyarakat bagaimana caranya bisa me-reboot ekonomi yang bergerak ke arah ekonomi baru, yaitu ekonomi digital di masa pandemi Covid-19 ini," ujar Karaniya Dharmasaputra dalam siaran langsung, Rabu, 29 April 2020.
Adapun gerakan tersebut merupakan kampanye untuk mendukung industri seni tari yang saat ini termasuk pihak yang paling terdampak penyebaran virus corona. Karaniya menjelaskan, lewat aplikasi Ovo, masyarakat bisa menyalurkan donasinya secara sukarela untuk para seniman tari tersebut.
Nantinya seniman-seniman tari itu akan mengunggah karyanya melalui media sosial resmi Indonesia Dance Network (IDN). Pihak IDN bersama Komite Dewan Kesenian Jakarta-lah yang nantinya akan mengkurasi seniman-seniman yang akan menampilkan karyanya.
Bersamaan dengan diunggahnya karya itu, pihak IDN akan menampilkan link yang nantinya akan membantu masyarakat memberikan donasi. Adapun program ini turut menggandeng seniman tari di seluruh Indonesia. Termasuk sanggar, guru tari, penari profesional, koreografer, dan lain-lain.
“Sejumlah kelompok seniman lain termasuk musikus dan artis-artis lainnya telah menyatakan tertarik bergabung dengan gerakan KolaborArtsy dan memanfaatkan teknologi pembayaran yang kami kembangkan,” ujar Karaniya.
Selain mencetuskan gerakan ini, dompet digital Ovo juga menginisiasi program bertajuk "Patungan untuk Berbagi THR". Program ini merupakan proyek bersama antara Ovo dan Tokopedia, Grab, serta BenihBaik sebagai mitra resmi penyaluran donasi.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan dampak pandemi virus corona ini sangat memukul pekerja seni, khususnya seni tari, seni pertunjukan, dan seni musik.
"Karena selama ini mereka mengandalkan kegiatan yang sifatnya publik," ujar Hilmar di kesempatan yang sama.
Hilmar menjelaskan, sejak Februari lalu, pekerja seni telah kehilangan panggung, praktis beserta pendapatannya. Kondisi ini, kata dia, akan terjadi sekurang-kurangnya hingga September nanti.
Menengok situasi sulit itu, Hilmar mengatakan Kementerian tengah mencari cara agar seniman mampu kembali mendapatkan panggungnya. Salah satunya dengan cara menggelar pertunjukan melalui platform digital. Tak hanya untuk seniman panggung, upaya itu juga dilakukan untuk pekerja informal lainnya, seperti sastrawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini