Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Membuka akun di platform marketplace JakMall, Kania akan memesan barang dari lapak orang begitu ada permintaan dari pembeli. Barang akan dikirimkan langsung dari lapak pemilik produk kepada konsumen yang bertransaksi dengannya. Dari model penjualan bak makelar ini, Kania bisa meraup margin sekitar 10-20 persen. “Setiap hari sekarang bisa jual 200 produk,” kata Kania, kemarin. Namun ia enggan mengungkapkan omzetnya. “Saya juga tidak perlu ke luar rumah.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dropshipper seperti Kania kini sedang marak di tengah meningkatnya geliat perdagangan online. Berbeda dengan reseller yang menyediakan stok barang sebelum menjualnya, dropshipper hanya sebagai perantara, bertindak selaiknya makelar.
Bagi pemilik marketplace, keberadaan dropshipper menambah penetrasi penjualan platform mereka. Di JakMall, Kania hanya satu dari ribuan penjual serupa yang menggunakan sistem ini.
Co-Founder & Chief Marketing Officer JakMall, Reza Aggi Prasetyo, mengatakan 75 persen transaksi pada Hari Belanja Online Nasional pada 12 Desember tahun lalu merupakan hasil penjualan reseller dan dropshipper. "Hanya 25 persen dari pengguna marketplace kami yang benar-benar customer," ujarnya, kemarin.
Besarnya transaksi itu pula yang membuat JakMall menyediakan fitur khusus bagi dropshipper dan reseller. Umumnya, kata Reza, penjual perantara ini membeli barang dalam jumlah banyak karena bakal dijual kembali. Dengan begitu, ia melanjutkan, JakMall bisa memungut biaya bagi hasil dalam jumlah tertentu.
Direktur Shopee, Christin Djuarto, menilai reseller dan dropshipper hadir secara organik dan tak dapat dihindari di tengah pasar terbuka e-commerce. Dia menilai pola perdagangan seperti ini sebenarnya juga dilakukan pelaku usaha dagang konvensional untuk memperluas jangkauan pemasaran.
Menurut Christin, pelaku e-commerce dapat mengoptimalkan pemasaran sekaligus meningkatkan pengalaman berbelanja. Pembeli, misalnya, bisa dengan mudah memilih lokasi penjual perantara yang lebih dekat sehingga barang dapat tiba lebih cepat. “Bagi kami, kehadiran mereka dapat memberikan pilihan dan mempermudah akses untuk pembeli, yang sudah menjangkau 515 kota dan kabupaten," ucapnya.
Head of Legal and Regulatory Blibli.com, Yudhi Pramono, menuturkan platformnya juga membuka peluang bagi dropshipper. Blibli, kata dia, telah menyiapkan mekanisme yang menjamin adanya perlindungan bagi konsumen. "Kami sudah memiliki aturan bahwa reseller wajib mematuhi standar produk atau jasa yang boleh dijual," tuturnya.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) terpilih, Ignatius Untung, mengatakan tidak ada yang salah dalam sistem reseller dan dropshipper dalam transaksi e-commerce. Menurut dia, selama kalangan tersebut menggunakan marketplace, semua aktivitas bisa terekam sehingga bisa menekan kecurangan terhadap konsumen. "Selama mereka tidak lari ke media sosial, seharusnya tidak ada dampak negatifnya," kata dia.
Meski e-commerce terus tumbuh, Komisioner Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Arief Safari, menuturkan masih ada keluhan dari masyarakat dalam transaksi dagang online. Pesanan barang, misalnya, kerap tidak terkirim dan disusul pengembalian uang yang lama. Untuk menekan aduan tersebut, BPKN telah membentuk tim kajian ekonomi digital. "Kebutuhan untuk menciptakan adanya kepastian hukum dan jalur pemulihan atas berbagai transaksi konsumen perlu dipercepat oleh pemerintah," ujarnya.
Kania pun tak menampik kerap menerima komplain langsung dari konsumen ihwal ketidaksesuaian produk. Ini terjadi karena dropshipper kerap tak mengecek langsung barang yang dibeli dari lapak tetangga untuk memenuhi pesanan. "Sekitar 5-10 persen dari produk yang saya jual itu ada komplainnya," kata dia.