Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Prabowo: Contoh Tiongkok, 40 Tahun Hilangkan Kemiskinan

"Bangsa ini menyimpang dari filosofi dan tidak punya strategi," kata Prabowo.

13 April 2019 | 21.46 WIB

Capres  nomor urut 02 Prabowo Subianto menyapa para wartawan setibanya di lokasi debat capres putaran keempat di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, 13 April 2019. ANTARA
Perbesar
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyapa para wartawan setibanya di lokasi debat capres putaran keempat di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, 13 April 2019. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengatakan Indonesia mesti belajar dari Cina untuk terbebas dari kemiskinan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kita harus mencontoh Tiongkok, dalam 40 tahun dia menghilangkan kemiskinan, 40 tahun berani belajar," ujar dia di Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, 13 April 2019.

Saat ini, kata Prabowo, bangsa Indonesia saat ini berada di arah yang salah dan kalau diteruskan tidak akan membawa kesejahteraan yang sebenarnya bagi Tanah Air. "Ini masalah kita sebagai bangsa dan sudah berjalan belasan tahun. Kita harus berani koreksi diri."

Kata dia, Indonesia telah menyimpang dari cita-cita pendiri bangsa. Padahal, Undang-undang Dasar 194, menurut dia, telah menjelaskan rancang bangun perekonomian Indonesia.

"Jelas kita tidak bisa biarkan kekayaan nasional mengalir keluar," ujar Prabowo. Namun, kenyataannya, ia mengatakan ada kekayaan Indonesia bocor ke luar negeri. Ia menyebut banyaknya duit milik warga negara Indonesia di luar negeri ketimbang di dalam negeri.

Di samping itu, ia berujar deindustrialisasi terjadi di Indonesia. "Indonesia tidak memproduksi apa-apa, kita menerima barang produksi dari bangsa lain," kata Prabowo. Oleh karenanya, ia menyatakan itu keliru dan mesti diubah. "Bangsa ini menyimpang dari filosofi dan tidak punya strategi."

Untuk itu, ia mengatakan Indonesia mesti kembali menerapkan Undang-undang Dasar 1945 pasal 33. Indonesia, kata dia, mesti belajar dengan baik dan berani menjalankan industrialisasi untuk melindungi nelayan dan petani.

Calon presiden nomor urut 01 Jokowi pun menjawab kritik tersebut. Ia mengatakan persoalan itu tak bisa ditangani dengan mudah. "Tidak semudah itu, perlu tahapan besar dan inilah yang saya kerjakan."

Jokowi pun menjelaskan bahwa mengelola ekonomi makro berbeda dengan mengelola ekonomi mikro. Sebabnya, pengelolaan ekonomi makro berbicara soal mengelola agregat produksi, serta menjaga sisi permintaan dan suplai dengan kebijakan.

"Kalau kita berhadapan dengan mikro hanya jual dan beli, membangun industri dan menjual produk. Namun makro itu mengelola agregat produksi," ujar Jokowi.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus