Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Produksi Migas RI Terus Turun, Sri Mulyani: Situasi yang Menantang

Menteri Keuangan Sri Mulyani berujar Indonesia tengah menghadapi fakta penurunan produksi minyak dan gas (migas) dari tahun ke tahun.

30 November 2021 | 12.39 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara diskusi Tempo bertajuk "Perempuan Penggerak Ekonomi di Masa Pandemi", Jumat, 23 April 2021. (TEMPO)
Perbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara diskusi Tempo bertajuk "Perempuan Penggerak Ekonomi di Masa Pandemi", Jumat, 23 April 2021. (TEMPO)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani berujar Indonesia tengah menghadapi fakta penurunan produksi minyak dan gas (migas) dari tahun ke tahun. Penurunan produksi tersebut berdampak ke sektor makro ekonomi karena akan mempengaruhi neraca perdagangan.

“Jadi migas ini definitely adalah situasi yang menantang,” ujar Sri Mulyani saat menjadi pembicara kunci dalam acara 2nd International Upstream Oil and Gas 2021 yang ditayangkan di YouTube SKK Migas, Selasa, 30 November 2021.

Penurunan produksi migas, utamanya minyak, menyebabkan adanya gap yang semakin tipis antara permintaan kebutuhan energi dan pasokannya. Meski Covid-19 menurunkan permintaan terhadap penggunaan migas, Sri Mulyani berujar kebutuhan energi di Indonesia tetap besar lantaran jumlah penduduknya mencapai lebih dari 260 juta jiwa.

Jika produksi di dalam negeri tidak bisa memenuhi permintaan kebutuhan energi, kemungkinan untuk impor pun akan semakin besar. “Bagi Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk dan ukuran ekonomi yang besar, permintaan energi bahan bakar akan terus meningkat,” kata dia.

Merujuk pada data Direktoral Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Sri Mulyani memaparkan capain lifting minyak pada 2020 sebesar 707 MBOPD. Produksi tersebut telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 705 MBOPD.

Meski demikian, target lifting itu sebetulnya turun dari sebelumnya yang dipatok sebesar 755 MBOPD. Sedangkan lifting gas bumi per 2020 sebesar 975 MBOEPD. Capaian ini juga berada di bawah target yang ditetapkan sebesar 992 MBOEPD.

Sri Mulyani melanjutkan, kondisi produksi migas yang terus turun telah menjadi perhatian berbagai negara di tengah rencana dunia mengurangi emisi karbon. Situasi ini dianggap sebagai momentum tepat untuk melakukan transisi menuju energi baru terbarukan yang ramah lingkungan seiring dengan pelaksanaan komitmen COP21 dan COP26.

“Komitmen untuk mencegah perubahan iklim dengan mencegah peningkatan suhu dunia juga berdampak langsung pada industri minyak dan gas bumi. Sebagai pengimpor CO2 terbesar di dunia, Indonesia dapat mengubah jalurnya ke nol emisi,” ucap Sri Mulyani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Baca juga: PPKM Level 2 di Jabodetabek, Kapasitas Mal 50 Persen

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus