Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani berujar Indonesia tengah menghadapi fakta penurunan produksi minyak dan gas (migas) dari tahun ke tahun. Penurunan produksi tersebut berdampak ke sektor makro ekonomi karena akan mempengaruhi neraca perdagangan.
“Jadi migas ini definitely adalah situasi yang menantang,” ujar Sri Mulyani saat menjadi pembicara kunci dalam acara 2nd International Upstream Oil and Gas 2021 yang ditayangkan di YouTube SKK Migas, Selasa, 30 November 2021.
Penurunan produksi migas, utamanya minyak, menyebabkan adanya gap yang semakin tipis antara permintaan kebutuhan energi dan pasokannya. Meski Covid-19 menurunkan permintaan terhadap penggunaan migas, Sri Mulyani berujar kebutuhan energi di Indonesia tetap besar lantaran jumlah penduduknya mencapai lebih dari 260 juta jiwa.
Jika produksi di dalam negeri tidak bisa memenuhi permintaan kebutuhan energi, kemungkinan untuk impor pun akan semakin besar. “Bagi Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk dan ukuran ekonomi yang besar, permintaan energi bahan bakar akan terus meningkat,” kata dia.
Merujuk pada data Direktoral Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Sri Mulyani memaparkan capain lifting minyak pada 2020 sebesar 707 MBOPD. Produksi tersebut telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 705 MBOPD.
Meski demikian, target lifting itu sebetulnya turun dari sebelumnya yang dipatok sebesar 755 MBOPD. Sedangkan lifting gas bumi per 2020 sebesar 975 MBOEPD. Capaian ini juga berada di bawah target yang ditetapkan sebesar 992 MBOEPD.
Sri Mulyani melanjutkan, kondisi produksi migas yang terus turun telah menjadi perhatian berbagai negara di tengah rencana dunia mengurangi emisi karbon. Situasi ini dianggap sebagai momentum tepat untuk melakukan transisi menuju energi baru terbarukan yang ramah lingkungan seiring dengan pelaksanaan komitmen COP21 dan COP26.
“Komitmen untuk mencegah perubahan iklim dengan mencegah peningkatan suhu dunia juga berdampak langsung pada industri minyak dan gas bumi. Sebagai pengimpor CO2 terbesar di dunia, Indonesia dapat mengubah jalurnya ke nol emisi,” ucap Sri Mulyani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca juga: PPKM Level 2 di Jabodetabek, Kapasitas Mal 50 Persen
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.