Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Proyek LRT Jabodebek Ditargetkan Balik Modal Setelah 13 Tahun Beroperasi, Begini Penjelasannya

Divisi LRT Jabodebek PT KAI Mochamad Purnomosidi, menjelaskan proyek LRT Jabodebek yang diperkirakan baru bisa balik modal setelah 13 tahun.

14 Juli 2023 | 05.00 WIB

Uji coba operasional terbatas LRT Jabodebek melintas di jalur LRT Dukuh Atas-Cawang, Jakarta, Rabu, 12 Juli 2023. Kementerian Perhubungan mulai melakukan uji coba terbatas LRT Jabodebek yang terbagi dalam dua tahapan operasional. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Uji coba operasional terbatas LRT Jabodebek melintas di jalur LRT Dukuh Atas-Cawang, Jakarta, Rabu, 12 Juli 2023. Kementerian Perhubungan mulai melakukan uji coba terbatas LRT Jabodebek yang terbagi dalam dua tahapan operasional. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Divisi LRT Jabodebek PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI, Mochamad Purnomosidi, menjelaskan soal perkiraan kapal proyek yang LRT Jabodebek ini bisa balik modal. “LRT Jabodebek diperkirakan bisa balik modal setelah 13 tahun. Sehingga setelah itu tidak memerlukan lagi subsidi,” ujar saat dihubungi pada Selasa, 11 Juli 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Perkiraan tersebut, kata dia, sudah dihitung dengan asumsi tarif dasar Rp 5.000 hingga tertinggi Rp 25 ribu yang sudah diusulkan oleh LRT Jabodebek. Dengan target 200 ribu penumpang per hari sejak dimulainya operasional komersial pada 18 Agustus 2023 nanti. Target juga akan meningkat menjadi 500 ribu penumpang per hari setelah 5-10 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Proyek tersebut digelar dengan nilai investasi sebesar Rp 29,9 triliun. Kemudian biayanya membengkak Rp 2,6 triliun menjadi Rp 32,5 triliun karena operasionalnya sempat diundur.

Hingga akhirnya pada 12 Juli 2023 lalu telah dilakukan uji coba operasional terbatas hingga 15 Agustus 2023. Untuk selanjutnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi, sekaligus sebagai pertanda operasional secara komersial.

Selain dari tiket, Purnomosidi menjelaskan, ada sumber pendapatan lain yang bisa menjadi pemasukan bagi LRT Jabodebek. Dia mencontohkan seperti berupa iklan di stasiun-stasiun, naming right, tenant, ATM center. “Atau bahasa sekarang adalah pendapatan non-farebox (pendapatan nontiket),” ucap Purnomosidi.

Direktur PT KAI Didiek Hartantyo pun menambahkan LRT Jabodebek direncanakan akan beroperasi dengan 560 kali perjalanan setelah semua uji coba sukses dilakukan. “Setiap hari pada hari kerja dengan headway rata-rata antara 3-6 menit,” tutur Didiek.

Didiek menjelaskan, untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, PT KAI terus berkolaborasi dengan berbagai pihak. Sehingga dapat menghadirkan jaringan antarmoda yang saling terintegrasi dan memberikan pilihan first mile (pra-perjalanan) dan last mile secara terintegrasi.

Selanjutnya: “Sehingga para penumpang dapat melanjutkan..."

“Sehingga para penumpang dapat melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan dengan mudah,” tutur Didiek.

Namun, dia menegaskan bahwa aspek keamanan dan keselamatan masyarakat tetap menjadi prioritas PT KAI. Menurut dia, pihaknya juga telah bekerja sama dengan instansi dan lembaga pemerintah yakni TNI, Polri, Basarnas, Dinas Pemadam Kebakaran, BNPT, dan beberapa rumah sakit yang berada di sepanjang lintas pelayanan.

Didiek berharap LRT Jabodebek bisa menjadi andalan baru masyarakat untuk bertransportasi. Khususnya untuk masyarakat di kawasan Bogor, Depok, dan Bekasi menuju ibu kota dan sebaliknya. Untuk mengakomodir kebutuhan mobilisasi masyarakat tiga lintas pelayanan dengan 18 stasiun pemberhentian LRT Jabodebek akan disediakan.

Lintas layanan pertama adalah Stasiun Cawang menuju Stasiun Harjamukti merupakan lintas pelayanan sepanjang 14,89 kilometer. Kedua, lintas pelayanan dari Stasiun Cawang menuju Stasiun Dukuh Atas sepanjang 11,05 kilometer. Ketiga Stasiun Cawang menuju Stasiun Jatimulya di Bekasi Timur sepanjang 18,49 kilometer.

“Setiap rangkaian LRT Jabodebek terdiri dari 6 kereta yang dapat dioperasikan tanpa masinis dengan sistem pengoperasian Communication-Based Train Control (CBTC) dengan Grade of Automation (GoA) level 33,” tutur Didiek.

Dia juga berharap proyek LRT Jabodebek bisa menjadi tonggak sejarah atau mailstone yang baik dalam pembangunan perkotaan modern di Indonesia. “Dan mendukung transportasi berkelanjutan serta menjadikan moda kereta api menjadi pilihan utama untuk masyarakat khusunya di Jabodebek,” kata Didiek.

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus