Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Samuel Sekuritas Jelaskan Alasan Investor Retail di Pasar Modal Terus Bertambah

Dalam setahun terakhir, PT Samuel Sekuritas Indonesia mencatat semakin banyak investor muda yang terjun berinvestasi di pasar modal.

20 April 2021 | 10.53 WIB

Ilustrasi saham atau IHSG. TEMPO/Tony Hartawan
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi saham atau IHSG. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam setahun terakhir, PT Samuel Sekuritas Indonesia mencatat semakin banyak anak muda yang terjun berinvestasi di pasar modal. Mereka yang masuk kategori investor retail ini tak hanya berasal di lulusan S1, tapi juga anak kuliah dan SMA.

"Jumlah investor muda jadi mendominasi, dari segi jumlah. Walau secara trading value, yang lebih tua yang lebih banyak," kata Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma dalam diskusi "Semarak Investor Pemula di Bursa Saham" di Instagram Live @Tempodotco pada Senin, 19 April 2021.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor di pasar modal tumbuh 56 persen sepanjang 2020 menjadi 3,87 juta orang. Di tengah kenaikan tersebut, BEI juga merekam peningkatan jumlah investor retail hingga empat kali lipat.

Menurut Suria, peningkatan jumlah investor retail di pasar modal ini adalah sesuatu tren yang baik. Sebab, tren serupa juga sudah berlangsung lama di beberapa negara tetangga. "Di kita (Indonesia), ini belum terjadi sebelumnya," kata dia.

Menurut dia, peningkatan jumlah investor retail terjadi karena tren suku bunga di perbankan yang semakin turun. Sedangkan, kata dia, bank juga saat ini kelihatannya kesulitan untuk menyalurkan kredit.

Sehingga, para investor retail ini melihat return dana mereka di perbankan rendah dan mengalihkannya ke pasar modal. Sederhananya, kata Suria, anak muda ini memilih untuk berinvestasi saham ketimbang menabung.

Tapi di pasar modal, Suria pun mengamati ada pola tertentu dari investor retail ini. Mayoritas dari mereka lebih memilih berinvestasi sendiri di saham, ketimbang obligasi atau reksadana. "Bukan berarti tidak ada (obligasi atau reksadana), tapi mayoritas lebih suka saham," kata Suria.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus