Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BISNIS.COM, Jakarta - Evy Amir Syamsudin menerbitkan buku Voicing The Voiceless berdasarkan pengalamannya mendampingi mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Amir Syamsudin melihat langsung kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan.
Pengalaman selama tiga tahun menyaksikan keseharian warga binaan membuat Evy terketuk untuk berbuat lebih banyak. Bersama organisasi Persatuan Dharma Wanita, berbagai kegiatan telah dilakukan dengan mengunjungi berbagai Lembaga Pemasyarakatan (LP) di Indonesia.
Nalurinya sebagai pengusaha muncul saat melihat potensi di balik stigma negatif masyarakat terhadap warga binaan. Apalagi terdapat 160 ribu warga binaan yang menghuni LP. Berangkat dari hal itu pula, digelar berbagai pameran yang menampilkan buah karya penghuni LP. Hasil pameran itulah yang menyisakan inspirasi untuk kemudian dituangkan dalam sebuah buku.
"Dari situ saya tertarik untuk terlibat langsung di dalamnya. Mereka banyak menciptakan karya-karya yang unggul, berkualitas, dan tentunya memiliki nilai yang ekonomis," ujarnya dalam acara peluncuran buku Voicing the Voiceless di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu, 6 Mei 2015.
Melalui buku ini Evy ingin berbagi pengalamannya. Ia ingin membuang stigma negatif terhadap warga binaan. Evy juga ingin mengubah pandangan masyarakat tentang penjara dengan menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan yang ada di dalamnya. Cara Evi cukup berhasil. Hal itu terbukti dengan baiknya respons yang didapat pada pameran hasil karya warga binaan yang diselenggarakannya.
Evy beserta anggota Dharwa Wanita lainnya sepakat untuk memberikan ruang bagi warga binaan untuk mengembangkan potensi diri di bidang seni. Dengan menggagas Napi Craft, sebuah pameran industri kreatif yang mengumpulkan dan memasarkan hasil terbaik karya narapina dari LP seluruh Indonesia, Persatuan Dharma Wanita Indonesia ingin menunjukkan dukungannya terhadap karya seni para napi di seluruh Indonesia.
"Saya ajak anggota Dharma Wanita lainnya untuk mengadakan pameran Napi Craft. Ini kesempatan buat mereka untuk memamerkan hasil karyanya berupa bola kaki, sarung tangan, sepatu kulit, dan lain sebagainya," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, dia juga mendirikan Second Chance Foundation untuk memfasilitasi potensi warga binaan. Tak hanya menggelar berbagai pelatihan, melalui yayasan ini dia juga akan menggalang dana dan memasarkan karya warga binaan. Dengan demikian, saat warga binaan kembali ke masyarakat, maka mereka akan memiliki bekal dan berdaya saing.
"Ini juga merupakan wujud komitmen dan tindak lanjut dari aktivitas saya saat mendampingi suami saya saat menjadi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia periode 2011 hingga 2014," katanya.
BISNIS.COM
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini