Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Fenomena Long Covid, Waspadai Gejala Covid-19 yang Tidak Biasa Ini

Long Covid adalah gejala COVID-19 jangka panjang yang dialami pasien beberapa bulan setelah infeksi atau saat masa pemulihan. Apa saja gejalanya?

10 Maret 2021 | 09.57 WIB

Ilustrasi stres/bingung. Shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi stres/bingung. Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Long Covid merupakan suatu gejala COVID-19 jangka panjang yang dialami pasien beberapa bulan setelah infeksi atau saat masa pemulihan. Gejala yang yang timbul umumnya kelelahan, kesulitan bernapas, batuk, sakit sendi, dan sakit dada. Gejala lainnya adalah sulit berkonsentrasi, depresi, sakit pada jaringan otot, sakit kepala, jantung berdebar, gatal, rambut rontok, indera penciuman dan perasa terganggu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Meskipun jarang, ada juga yang mengalami komplikasi medis hingga mempengaruhi fungsi jantung, fungsi paru, bahkan kerusakan ginjal akut. Gejala long COVID bisa dirasakan oleh mereka yang berusia muda, anak-anak, juga tanpa komorbid atau penyakit penyerta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Linglung dan bingung menjadi gejala bagi pasien yang mengalami fenomena long COVID. Gejala COVID-19 tetap bertahan atau timbul lama setelah pasien pulih. Ketua POKJA Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengatakan pasien COVID-19 seharusnya mengalami pemulihan setelah 2-6 pekan.

"Confusion, linglung, bingung, banyak lupa, mau ngomong sesuatu tapi bingung, ini tidak nyaman sekali," kata Erlina.

Gejala lain meliputi rasa lelah, batuk, kongesti, sesak napas, juga anosmia, sakit kepala, dan nyeri badan. Pasien yang mengalami ini juga merasakan diare, mual, juga nyeri perut dan nyeri dada. Dari pasien usia 18-34 tahun yang punya kesehatan baik, sekitar 20 persen dilaporkan mengalami prolonged symptomps.

Faktor risiko fenomena ini disebabkan oleh hipertensi, obesitas, juga kondisi kesehatan mental. Meski hasil pemeriksaan klinis menunjukkan kondisi pasien sudah normal, mereka yang mengalami fenomena ini umumnya masih merasakan keluhan hingga berbulan-bulan.

Umumnya, fenomena ini dirasakan orang yang terkena COVID-19 dengan gejala sedang, berat, atau kritis. Dia mengatakan pasien harus ditangani berdasarkan gejala yang dirasakan. Jika masih ada gejala yang terasa mengganggu padahal seharusnya sudah pulih sejak lama, berkonsultasilah kepada dokter yang terkait.

"Kalau sakit kepala, kasih obat sakit kepala, kalau masih batuk, berikan obat batuk. Pendekatannya multidisplin," jelasnya.

Satgas COVID-19 sendiri menyatakan fenomena long COVID-19 yang dialami pasien usai sembuh dari infeksi tidak akan menular pada orang lain di sekitar. Begitu kata Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito.

"Mereka yang menderita long COVID-19 tidak akan menularkan ke orang di sekitar. Meski perlu ada penelitian lebih lanjut," katanya.

Fenomena long COVID-19, dipastikan Wiku dapat menghambat produktivitas penderita. Meski dilaporkan tidak menular, namun Wiku mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan penerapan protokol kesehatan yang telah direkomendasikan para pakar.

Menurut penelitian WHO, umumnya mereka yang terpapar COVID-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang. Namun, 10-15 persen penderita mengalami gejala berat dan 5 persen lainnya bahkan hingga kritis.

"Umumnya juga, mereka yang terpapar akan sembuh dalam dua sampai enam pekan. Tapi beberapa pasien baru merasakan gejala long Covid setelah dinyatakan pulih," katanya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus