Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Terkadang, ada kondisi ketika orang perlu buang air besar (BAB), tapi waktu dan situasinya tidak tepat. Sesekali menahan BAB tidak berisiko mempengaruhi kesehatan. Tapi, jika sering menahan BAB, rentan mengalami sembelit dan komplikasi yang parah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip publikasi Why People Should Not Hold in Their Poop dalam Medical News Today, ketika orang terbiasa menahan buang air besar bisa membahayakan kesehatan. Orang harus buang air besar ketika merasa kebelet atau mulas. Meskipun waktunya mungkin tidak selalu tepat, dokter menyarankan untuk segera buang air besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: BAB Jongkok Perkecil Risiko Kanker Usus?
Bahaya sering menahan BAB
Saat menahan BAB, usus bagian bawah menyerap air dari feses yang menumpuk di rektum. Dalam situasi yang lebih parah, kebiasaan itu bisa menyebabkan inkontinensia atau ketakmampuan menunda buang air. Masalah kesehatan lainnya yang lebih parah, antara lain impaksi tinja yaitu ketika feses yang keras dan kering tersangkut di usus besar atau rektum, dan adanya lubang di dinding saluran pencernaan.
Menahan buang air besar juga bisa menyebabkan distensi atau peregangan di rektum. Jika orang itu kehilangan sensasi di dalam rektum disebut hiposensitivitas rektal. Setelah itu kemungkinan hilang kemampuan menunda BAB.
Merujuk laporan dalam National Institutes of Health, peningkatan beban tinja di usus besar meningkatkan jumlah bakteri. Kondisi itu rentan menyebabkan radang usus besar dalam jangka panjang. Peradangan itu bisa meningkatkan risiko berkembangnya kanker usus besar. Laporan itu juga menunjukkan hubungan antara menahan BAB dan radang usus buntu, wasir.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.