Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Daerah Papua Barat Brigadir Jenderal Tornagogo Sihombing mengaku sudah menerima informasi ihwal kasus kematian ipar Edo Kondologit, George Karel Rumbino alias Riko, di Kepolisian Resor Kota Sorong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya lihat di media, terus Kapolres juga sudah laporkan kejadian ke saya, tetapi tetap kami akan turun untuk dalami," kata Tornagogo kepada Tempo, Ahad, 30 Agustus 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tornagogo mengatakan tim dari Direktorat Reserse Kriminal Umum dan Divisi Profesi dan Pengamanan Polda Papua Barat akan turun ke Sorong pada Senin besok, 31 Agustus 2020. Menurut dia, tim akan menelusuri kejadian itu.
Tornagogo mengatakan ada perbedaan versi cerita yang beredar dengan yang dia terima. Namun ia enggan mengungkapkan seperti apa informasi versi yang dia terima.
"Kami dalami nanti, kita tunggu hasilnya nanti. Saya ingin tahu dari Propam seperti apa," kata dia.
Meski begitu, Tornagogo mengakui mendengar informasi bahwa Riko meninggal karena dianiaya. Cerita ini sebelumnya disampaikan oleh Edo Kondologit kepada Tempo. Video Edo meluapkan kemarahan atas peristiwa yang menimpa iparnya juga beredar di media sosial.
"Saya juga tahu ada informasi seperti itu, nanti kami mau dalami dulu. Sebelum itu kami belum bisa pastikan," kata Tornagogo.
Menurut Edo Kondologit, Riko diserahkan ke polisi karena ditengarai terlibat dalam perampokan dan pembunuhan tetangga mereka di Pulau Doom, Sorong, Papua Barat. Keluarga menyerahkan pemuda 21 tahun itu untuk diproses hukum secara adil.
Namun kurang dari 24 jam, kata Edo, keluarga mendapat informasi Riko meninggal . Edo mengaku mendapat informasi bahwa Riko diduga meninggal akibat dipukuli dan dianiaya oleh polisi dan tahanan lain. Riko juga diduga ditembak di kaki kanan dan kirinya.
Edo dan keluarga pun marah lantaran polisi diduga membiarkan Riko dianiaya hingga meninggal. "Kami keluarga menolak dengan keras polisi mencuci tangan. Polisi harus bertanggung jawab seadil-adilnya, karena dia tahanan dalam Polres," kata penyanyi kawakan kelahiran Sorong ini.