Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Darat atau KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak menyebut pengamanan wilayah perbatasan negara Republik Indonesia dengan negara tetangga tidak cukup apabila hanya mengandalkan alat utama sistem senjata atau alutsista. Sebab, menurut dia, Indonesia memiliki konsep teritorial dengan pengamanan rakyat semesta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Jangan menganggap perbatasan RI dengan negara tetangga seperti perbatasan negara di Eropa," kata Maruli dalam keterangan resmi, Jumat, 2 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Maruli, para militer terdahulu dalam sejarahnya kerap membuat pertahanan bangsa secara rumit. Mereka tak hanya mengandalkan alutsista sebagai sistem pertahanan untuk menjaga wilayah perbatasan negara.
Maruli mengatakan salah satu upaya yang bisa diambil untuk menjaga wilayah perbatasan agar aman dan damai ialah dengan peranan satgas. Menurut dia, adanya peran satgas itu untuk menyejahterakan masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan.
Dia memerintahkan para satgas itu bersinergi dengan masyarakat dan pemerintah daerah di wilayah penugasan. "Kalian (satgas) bikin masyarakat sekitar meningkat kehidupannya, bikin percaya pada kalian dan negara," kata Maruli.
Maruli menyebut, masyarakat yang berada di sekitaran wilayah perbatasan itu yang akan ikut membantu TNI menjaga perbatasan negara. Ia menilai langkah menyejahterakan masyarakat itu sebagai cara paling efektif dibanding hanya mengandalkan alutsista.
Berdasarkan catatan Tempo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sejak menjabat telah membeli sejumlah alutsista. Tercatat pada Juli 2020, Prabowo memesan 500 unit kendaraan taktis 4x4 produksi PT Pindad. Setahun berselang, Prabowo kembali menggelontorkan anggaran kementeriannya untuk pengadaan alutsista. Pemerintah menandatangani kontrak kerja sama pembelian kapal perang fregat dari perusahaan kapal Itali, Fincantieri.
Pada Februari 2022, Prabowo membeli 42 unit pesawat tempur Dassault Rafale dari perusahaan Prancis. Kementerian Pertahanan juga membeli dua kapal selam Scorpene asal Prancis di waktu yang sama.
Di tahun keempatny sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo membeli 12 unit pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar. Prabowo turut memborong 24 pesawat tempur F-15EX dari Amerika Serikat pada Agustus 2023. Satu bulan setelahnya, Prabowo menandatangani kontrak pengadaan kapal selam untuk TNI Angkatan Laut, bersama PT BTI Indo Tekno.
Kementerian Keuangan juga mencatat anggaran belanja untuk alutsista pada 2024 naik dari angka semula yang disepakati presiden sebesar 20,75 miliar dolas AS menjadi 25 miliar dolar AS. Prabowo menyebut, pengadaan alutsista khususnya untuk Angkatan Udara menjadi prioritas belanja kementeriannya. Apalagi, kata Prabowo, alokasi anggaran belanja alutsista yang bersumber dari pinjaman luar negeri naik.
Prabowo menilai, anggaran pertahanan yang memadai untuk belanja alutsista penting karena untuk memastikan prajurit dan alat pertahanannya dalam keadaan siap tempur. Hal itu, ujarnya, guna menjaga kedaulatan dan batas-batas wilayah negara dari ancaman asing.
"Dalam masalah pertahanan, yang paling penting adalah kesiapan. Tidak bisa terjadi sesuatu, baru bergerak mencari alat. Tidak bisa itu," ucap Prabowo, akhir 2023 lalu.