TARAKAN di Kalimantan Timur, terbukti termasuk kota penting
juga bagi usaha penyelundupan. Melalui Tawao, Malaysia Timur,
beberapa jenis barang diselundupkan ke sini dari Singapura. Dari
mulai barang pecah belah sampai ratusan kaleng minyak goreng.
Kasus penyelundupan terakhir, terjadi sekitar Januari dan Maret
lalu, membuat Kepala Bea Cukai Tarakan, Sukoco, sampai harus
menggebrak bawahannya sendiri. Kepala Pabeannya dipecat tidak
dengan hormat. "Dia saya pecat, karena jelas membantu
penyelundup dengan menjual jabatan," ujar Sukoco. Siapa
penyelundupnya? Apa boleh buat, orang-orang Tarakan hampir semua
sudah mengenal namanya: Rudy Hartono. Ya, itu dia bintang
lapangan bulutangkis kita dan jago perebutan piala All England.
Di gudang yang diawasi Bea Cukai ada sekitar 139 koli peralatan
olahraga eks Taiwan, Amerika dan Inggeris. Diangkut kemari oleh
Rudy Hartono -- begitu disebutkan -- dengan pesawat Air Fast
dari Singapura. Petugas bea Cukai Tarakan terpaksa menahan
barang-barang tersebut, dengan alasan "karena tidak dilindungi
dokumen impor yang lazim."
Tapi awal April lalu, ketika Kepala Bea Cukai Sukoco sedang
pergi ke luar kota, Rudy berhasil mengeluarkan 111 koli barang
impornya. Selebihnya, 28 koli, masih tertinggal di gudang.
Karena kabarnya, Sukoco keburu kembali duduk di ruang kerjanya.
Kepala Bea Cukai ini, yang segera mengetahui lolosnya
barang-barang yang berada di bawah pengawasannya, pertama kali
menghardik petugas di pos pencegahan penyelundupan. Yang
dihardik mengelak. Dia bilang hanya melaksanahan tugas belaka.
Tugas itu berasal dari Kepala Pabean, Marjoko, yang memintanya
agar barang milik Rudy dikeluarkan saja dari gudang. Dengan
sepucuk pernyataan yang ditandatangani di atas meterai, Marjoko
merasa bertanggungjawab: "Mengenai surat menyurat 139 koli
barang yang belum beres merupakan tanggungjawab saya."
Tapi ketika Sukoco kemudian meminta pertanggungjawabannya,
Marjoko tak bisa berkutik. Padahal Rudy telah terlanjur
memasarkan alat-alat olahraga yang diimpornya. Tak heran kalau
hal itu membuat Sukoco sampai harus menggebrak meja dan mendepak
bawahannya itu.
Sumber TEMPO menyatakan, pihak Kedutaan Besar RI di Singapura
sebenarnya semula sudah merasa enggan memberikan izin bagi Rudy
membawa barang impornya sebelum beres semua dokumen yang
diperlukan. Tapi berhubung berbagai alasan yang diajukan Rudy
cukup masuk akal -- antara lain katanya segala sesuatu akan
dibereskan di tanah air, alat-alat itu sangat diperlukan oleh
olahragawan kita, sampai disebut-sebut pula soal persiapan
menghadapi SEA Games -- segala sesuatunya untuk sementara
dianggap beres. Tentu juga berdasarkan kepercayaan atas nama
baik sang juara.
Juga disebut-sebut, ada oknum Bea Cukai Surabaya yang diajak
Rudy untuk ikut serta membujuk Sukoco bahkan kabarnya, sudah
sampai ke usaha penyogokan segala. Sukoco berkeras menolak
bekerja sama semacam itu.
Rudy Hartono Kurniawan membantah. Dia tak pernah merasa berusaha
di bidang smokel. Sejah Januari sampai Maret, ia memang ada
mengimpor alat-alat olahraga. Betul, jumlahnya 139 koli. Tapi,
katanya, hal itu dilakukan secara terang-terangan. "Saya buka
LC, membuat invoice dan saya juga membayar bea masuk --
semuanya beres!" katanya.
Untuk 111 koli yang dikeluarkannya dari gudang, katanya lagi,
sudah dibereskan bea masuknya sekitar Rp 23 juta. Sisanya, 28
koli yang bea masuknya sekitar Rp 7 juta, memang belum
dibereskan. Sebab, keburu "ada desas-desus" yang merugikan nama
baiknya.
Desas-Desus
Menurut Rudy, memang sementara ini ada orang yang tak
menyenanginya dan membuat desas-desus buruk. "Soal kecil yang
dibesar-besarkan saja." Buat memperoleh untung cuma Rp 2-3 juta
saja, "saya tak akan gegabah berspekulasi."
Sebelum memasukkan alat-alat olahraga itu, katanya, ia telah
mencari tahu ke sana ke mari apa yang harus ia lakukan. "Saya
disuruh tambah bea masuk, saya sudah bayar. Saya disuruh tambah
bayar lagi, waktu mengeluarkan barang, juga sudah saya lakukan."
Bahkan, apa yang disebutnya sebagai bea-bea tambahan itu, tak
kurang dari 50% dari seluruh bea masuk yang semestinya.
Rudy, selain aktif muncul dan bersuara untuk iklan susu dan
baterai, rupanya juga sudah mulai faham soal alat-alat olahraga.
Dia sengaja memasukkan barangnya melalui Tarakan. "Kan tak ada
kewajiban harus melalui Jakarta?" Dari Tarakan baginya mudah
memasarkan ke daerah lain. Di beberapa pelabuhan singgah ia
dapat langsung mendrop barangnya. Benarkah alat-alat olahraga
yang diimpornya itu untuk keperluan SEA Games? Katanya tidak
betul. "Kalau punya surat untuk keperluan SEA Games, saya tentu
akan lebih aman." Dia bilang, "usaha dagang ini baru
kecil-kecilan saja." Jika begitu dapat diharap suatu ketika Rudy
akan menjadi pedagang besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini