Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda Julius mengatakan Pratu F, prajurit kelima Batalyon Infanteri Raider 321/Galuh Taruna yang gugur dalam sergapan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB-OPM di Mugi-Mam Nduga, Sabtu, 15 April 2023, meninggal karena terjatuh dari tebing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Julius mengatakan Pratu F meninggal bukan karena tembakan OPM. Almarhum melompat dari tebing sedalam ratusan meter mencoba menyelamatkan diri dari sergapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Pratu F meninggal karena mencoba untuk escape dari serangan. Ia melompat ke tebing, tidak tertembak. Lompat lalu jatuh tebing 140 meter,” kata Julius.
Julius menuturkan 36 prajurit Batalyon Infanteri Raider 321/Galuh Taruna dikepung dari atas, kiri, kanan samping tebing. Sehingga Pratu F melompat ke jurang untuk kabur dari sergapan tersebut.
“Jadi escape-nya dia itu lompat ke jurang itu, tapi tidak ada luka tembak senjata masih ada,” kata Julius.
Ia menyebut OPM saat ini semakin terjepit setelah sergapan itu. Pasalnya, mereka tidak menyebut berapa jumlah korban yang tewas dari pihak mereka.
“Bayangkan 36 orang itu, kira-kira menembak tidak dari ratusan peluru yang dibawa, kan pasti menembak. Dari mereka pasti ada yang mati. Nah mereka tidak menyebutkan itu, KST tidak menyebutkan,” kata Julius.
Selain itu, Julius mengungkapkan TNI mengevakuasi Pratu F dari jurang 140 meter dalam kondisi aman. Ini menandakan OPM tidak memiliki kekuatan untuk menyerang tim evakuasi.
“Ini tim bisa mengevakuasi yang kedalaman jurang 140 meter. Kalau situasi tidak aman kan tidak mungkin. Pasti diserang kan. Jadi mereka sudah terjepit, sudah bubar kocar-kacir,” tutur Julius.
Julius memastikan hanya 5 prajurit yang gugur dari total 36 prajurit satuan Batalyon Infanteri Raider 321/Galuh Taruna.
“Sudah tidak ada yang gugur selain 5 prajurit. 31 prajurit selamat,” kata Julius saat dihubungi, Ahad, 23 April 2023.
Sebelumnya, tim gabungan TNI-Polri berhasil menemukan jenazah Pratu F, jenazah kelima anggota Batalyon Infanteri Raider 321/Galuh Taruna yang diserang Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM).
“Jenazah almarhum Pratu F ditemukan oleh Tim Gabungan, yang sejak peristiwa penembakan itu, terus mencari dan menelusuri tempat kejadian penembakan oleh KST,” kata Kepala Bidang Penerangan Umum Pusat Penerangan TNI Kolonel Sus Aidil dalam keterangan resminya, Ahad, 23 April 2023.
Aidil mengatakan Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menyampaikan ucapan duka yang mendalam atas gugurnya Pratu F.
Usai ditemukan, jenazah Pratu F langsung dievakuasi ke Timika selanjutnya dibawa ke RSUD untuk pemulasaraan jenazah. Rencana Senin, 24 April 2023, jenazah F akan diterbangkan ke kampung halamannya di Magelang.
Sebelumnya, tim gabungan mengevakuasi empat jenazah prajurit TNI yang gugur dalam serangan tersebut. Tiga prajurit TNI gugur saat berupaya mengevakuasi jasad Pratu Miftahul Arifin.
Dalam keterangan resmi pada 19 April lalu, Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Kavaleri Herman Taryaman mengatakan tim gabungan menemukan empat prajurit TNI, termasuk Pratu Miftahul Arifin yang dalam proses pencarian dengan kondisi meninggal. Adapun total empat prajurit yang meninggal, antara lain Pratu Miftahul Arifin dari, Pratu Ibrahim, Pratu Kurniawan, dan Prada Sukra. Keempatnya dari satuan Yonif R 321/GT/13/1
Herman mengatakan keempat prajurit yang gugur tersebut langsung dievakuasi ke RSUD Timika, Kabupaten Mimika.
Sebelumnya, jumlah korban dalam serangan itu sempat simpang siur. TPNPB mengklaim membunuh sembilan prajurit dan merampas sembilan pucuk senjata. Namun dalam pesan terakhir yang disampaikan Sambom pada 20 April berdasarkan dalam laporan pemimpin pasukan penyerang, Perek Kogeya, mengatakan mereka telah melakukan serangan pada 15-16 April 2023 dan mengklaim menembak mati 15 prajurit TNI.
Namun Julius membantah klaim OPM. Ia mengatakan OPM sengaja menyebarkan hoaks, bahkan menyerang pribadi Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, karena OPM panik terjepit oleh pergerakkan TNI-Polri.
“Mereka panik terjepit sehingga tebar hoaks dan menggerakkan tangan-tangan mereka baik dalam dan luar negeri untuk menyerang TNI baik institusi maupun pribadi Panglima TNI agar diturunkan,” kata Julius saat dihubungi Tempo, Kamis, 20 April 2023.
Julius menuturkan serangan OPM terhadap Panglima TNI dilontarkan karena keberhasilan operasi pembebasan Kapten Philips Max Mehrtens sudah di ujung mata. “Desakan agar Panglima TNI dicopot karena baru kali ini operasi dijalankan lebih efektif dengan pola siaga tempur,” tutur Julius.