Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=1 color=#FF9900>SURIAH</font><br />Pengkhianatan Para Tentara

Ratusan tentara dan polisi membelot saat diperintah menyerbu demonstran di Jisr al-Shughour. Lebih dari seratus orang tewas.

13 Juni 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sudah sepekan Jisr al-Shughour, kota di bagian barat laut Suriah, bagai kota hantu. Tidak ada seorang pun berkeliaran di jalan. Mereka takut tentara datang menyerbu. Sebagian warga sudah mengungsi ke perbatasan Turki, yang hanya berjarak delapan kilometer dari kota itu.

Jumat dua pekan lalu, para penentang Presiden Bashar al-Assad menggelar demonstrasi besar-besaran di kota Provinsi Idlib ini. Nahas, demonstrasi berakhir dengan petaka. ”Damai pada awalnya, tapi malam harinya tentara datang dan baku tembak pun terjadi,” kata seorang saksi mata. Dia adalah tenaga medis yang bertugas mengendarai ambulans antara Jisr al-Shughour dan Freeka, desa yang berjarak empat mil ke utara. Saat diwawancarai The Independent, dia menolak namanya disebut.

Senapan otomatis tentara kembali menyalak ketika demonstran menggelar pemakaman bagi beberapa pengunjuk rasa yang tewas esok harinya. Kali ini, setidaknya sembilan orang tewas. Namun ini rupanya pertumpahan darah terakhir hari itu. Tak lama berselang, 12 bus berisi tentara dan polisi muncul di dalam kota. Di luar kota, dari arah Gunung Al-Zawyeh, tujuh tank bergerak. Sebelum tank-tank itu masuk gerbang kota, demonstran menghadang mereka seraya membentuk barikade manusia.

Kekacauan terjadi manakala beberapa orang tentara dan polisi melemparkan senjata mereka ke tanah dan bergabung dengan para demonstran. Seorang tentara yang membelot mengatakan pasukannya ditugasi menghadapi gerombolan bersenjata di kota perdagangan itu. Namun gerombolan tak tampak batang hidungnya. Mereka baru sadar setelah diperintah menembaki demonstran. ”Saat itulah pembelotan terjadi,” katanya. ”Saya tidak tahu berapa banyak tentara yang membelot, mungkin 100 personel.”

Militer tidak bisa mengendalikan situasi dan mengirimkan helikopter untuk menyerang ratusan prajurit desertir ini. Pesawat itu terbang rendah dan mulai menembaki kerumunan orang selama 30 menit.

Senin pekan lalu, Menteri Informasi Suriah Adnan Mahmud memberikan keterangan resmi. Mahmud mengatakan 120 tentara dan polisi tewas dalam bentrokan sepanjang akhir pekan itu. ”Ini mengharuskan intervensi dari tentara untuk menghentikan kelompok-kelompok bersenjata,” kata Mahmud di televisi nasional.

Pemerintah menyatakan serangan dimulai saat fajar dan orang-orang bersenjata menguasai daerah di sekitar Kota Jisr al-Shughour. Kelompok ini bersembunyi di rumah penduduk, menembaki pasukan keamanan dan warga sipil. Mereka menggunakan warga sebagai perisai manusia. Kelompok ini menggunakan senapan mesin, granat tangan, dan roket pelontar granat. Kantor berita SANA melaporkan kelompok ini juga memutilasi tubuh beberapa polisi dan tentara. Tubuh mereka dibuang ke Sungai Orontes.

Para aktivis oposisi membantah pernyataan itu, tapi tak mengetahui siapa yang terlibat. Mereka juga skeptis dengan jumlah korban resmi yang disebut pemerintah. Sebaliknya, mereka menuduh pemerintah merencanakan serangan baru. Menurut seorang aktivis, baku tembak itu tidak lain dari pertempuran antara pasukan loyalis Bashar dan tentara desertir.

Seorang pria 21 tahun, tentara desertir dari Damaskus, mengatakan puluhan anggota pasukan keamanan Suriah membelot. Ia dan sejumlah kawannya melarikan diri ke luar kota. Dia kemudian berhasil masuk kota kembali dengan bantuan jaringan aktivis dan prajurit desertir lain. Dia berusaha menghubungi sepuluh rekannya dan membantu mereka mencapai Jisr al-Shughour. ”Kami berkumpul di Jisr al-Shughour dan menunggu tentara datang,” katanya. ”Meski hanya punya Kalashnikov, kami harus melawan.”

Jisr al-Shughour kini menjadi surga bagi pasukan pembelot. Aktivis mengatakan 2.000 anggota pasukan di Suriah telah meninggalkan pasukannya. Sebagian bersembunyi di Jisr al-Shughour dan bahu-membahu menyiapkan taktik baru setelah pemerintah Suriah mengancam melakukan serangan balasan pekan ini.

Ninin Damayanti (Telegraph, Wall Street Journal, Al-Jazeera, SANA)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus