Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Di Inggris, Kemasan Rokok Polos Tak Bermerek

Kebijakan ini mengundang pro dan kontra.

2 Maret 2015 | 13.54 WIB

Seorang penambang sedang menikmati rokok di sebuah pertambangan ilegal di daerah Bosnia, Vitez 15 Desember 2014. Kedalaman untuk mendapatkan batu bara sekitar 200m kedalam perut bumi, setiap harinya mereka mendapatkan 50 kg batu bara dan hanya dihargai 4$
Perbesar
Seorang penambang sedang menikmati rokok di sebuah pertambangan ilegal di daerah Bosnia, Vitez 15 Desember 2014. Kedalaman untuk mendapatkan batu bara sekitar 200m kedalam perut bumi, setiap harinya mereka mendapatkan 50 kg batu bara dan hanya dihargai 4$

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, London - Dua tahun ini Inggris memasarkan rokok dalam kemasan polos berwarna hijau. Ini menjadi salah satu upaya untuk mengurangi konsumsi rokok.

Namun, hal tersebut ternyata belum efektif. Dilansir Femalefirst, Senin, 2 Maret 2015, pemerintah Inggris akan mencanangkan rokok tanpa merek pada 2016 nanti. Undang-undangnya pun telah disahkan pada Januari lalu.

Kebijakan ini berdasarkan pengamatan bahwa merek rokok juga menjadi salah satu pemicu bertambanhya jumlah perokok aktif. Sebabnya tak lain karena gengsi, terutama jika merokok dengan merek terkenal.

Robert West, editor in chief dari jurnal Addiction berkata, "bahkan jika kemasan polos belum efektif sama sekali dan hanya membuat satu dari 20 anak berhenti merokok (di Inggris), itu akan menghemat sekitar 2.000 nyawa setahun."

Kebijakan ini tentu mengundang pro dan kontra. Banyak perusahaan tembakau yang menolak penerapan undang-undang tersebut. Kemasan polos tanpa merek akan mempengaruhi kekayaan intelektual dengan menutupi branding rokok dan akan berdampak negatif pada pemalsuan dan penyelundupan.

Ann McNeill, professor ketergantungan tembakau dari King's College London, mengatakan bahwa perusahaan tembakau harusnya sadar kalau produk yang mereka hasilkan adalah racun bagi kesehatan. "Untuk pemasaran produk adiktif yang dapat membunuh banyak penggunanya, industri tembakau harusnya sudah merasa beruntung masih diperbolehkan menjual produk beracun," kata McNeill.

RINA ATMASARI | FEMALEFIRST

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiawan Adiwijaya

Setiawan Adiwijaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus