Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Marwan Barghouti, Tokoh Pemersatu Palestina, Disiksa di Ruang Isolasi Penjara Israel

Marwan Barghouti yang dipandang sebagai tokoh pemersatu Palestina menjadi sasaran penyerangan brutal di penjara Israel.

28 Oktober 2024 | 21.40 WIB

Mustafa Barghouti. cjpme.org
Perbesar
Mustafa Barghouti. cjpme.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Urusan Tahanan telah mengkonfirmasi bahwa Marwan Barghouti dan beberapa tahanan Palestina lainnya menjadi sasaran penyerangan brutal di penjara Israel bulan lalu, yang melibatkan berbagai bentuk penindasan dan pemukulan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Pengacara tersebut menyatakan bahwa Barghouti diserang dengan berbagai alat penindasan di samping pemukulan yang parah, yang mengakibatkan banyak luka di tubuh, tulang rusuk, dan anggota tubuhnya, serta pendarahan di telinga kanan, luka di lengan kanan, dan sakit punggung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Barghouti telah berangsur-angsur pulih dalam beberapa minggu setelah insiden tersebut, di mana ia mengalami kesulitan bergerak, nyeri dada dan punggung, dan infeksi pada luka dan telinganya akibat pembekuan darah yang disebabkan oleh pendarahan, karena ia tidak mendapatkan perawatan atau pengobatan apa pun.

Barghouti sebelumnya telah mengalami dua serangan brutal pada tahun lalu dan telah ditahan di sel isolasi sejak awal perang di Gaza. Serangan pertama terjadi pada Desember di sel isolasi di Penjara Ofer, disusul serangan kedua di Penjara Megiddo pada 6 Maret.

Kampanye Populer untuk Pembebasan Barghouti dan para tahanan menyatakan bahwa serangan terakhir pada bulan September, seperti yang sebelumnya, terjadi di bagian isolasi Penjara Megiddo dan ditandai dengan peningkatan kebrutalan yang bertujuan untuk menimbulkan kerusakan fisik yang signifikan dan kronis.

Kampanye ini menyerukan kepada lembaga-lembaga dan organisasi internasional untuk memenuhi kewajiban mereka untuk melindungi Barghouti dan para tahanan lainnya, sesuai dengan hukum internasional.

Ia menambahkan bahwa kelumpuhan yang melanda organisasi-organisasi internasional dan hak asasi manusia dalam hal hak-hak rakyat Palestina dan kejahatan genosida yang sedang terjadi adalah apa yang mendorong penjajah untuk melanjutkan agresi dan kejahatannya.

Dipenjara 24 Tahun

Sebelumnya, pada Mei, para mantan narapidana dan beberapa kelompok hak asasi manusia menyatakan bahwa kondisi di dalam penjara Israel bagi warga Palestina berubah secara tiba-tiba pada bulan Oktober lalu, setelah Operasi Banjir Al Aqsa.

Barghouti dianggap sebagai tokoh pemersatu dalam masyarakat Palestina selama 24 tahun di penjara. Mungkin inilah alasan mengapa pendudukan Israel menghukumnya lebih jauh lagi setelah tanggal 7 Oktober.

Menurut The Guardian, Barghouti diisolasi tanpa sarana untuk mengobati luka dan cedera setelah diseret dengan pergelangan tangan terbelenggu di belakang punggungnya.

Ia sengaja dibuat kurang tidur karena pencahayaan di dalam selnya, dan ia tidak diberi akses untuk membaca buku, koran, atau menonton televisi sejak Oktober lalu. Pengacaranya, Igal Dotan, mengunjungi Barghouti di penjara Megiddo Israel dua bulan sebelumnya dan melaporkan bahwa dia telah kehilangan berat badan dan tidak dapat dikenali.

"Israel" memenjarakan Barghouti dengan lima tuduhan dugaan pembunuhan dan memerintahkan serangan terhadap warga sipil, menurut The Guardian, yang dengan tegas dibantah oleh Barghouti.

Dotan melaporkan bahwa Barghouti sangat kuat secara mental, tetapi secara fisik, kesehatannya memburuk karena ia berjuang untuk melihat dari mata kanannya setelah pemukulan brutal.

Sejak bulan Oktober, jumlah penghuni penjara Palestina meningkat hampir empat kali lipat, dengan pasukan Israel melakukan serangan setiap hari di seluruh Tepi Barat.

Pelanggaran telah meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah orang Palestina di penjara Israel, dengan banyak orang yang terjepit di dalam sel yang penuh sesak. Para mantan tahanan menggambarkan seringnya terjadi pemukulan dan penyerangan fisik, serta kurangnya kebutuhan seperti makanan, pakaian bersih, bahan bacaan, selimut hangat, barang-barang kebersihan, dan perawatan medis.

Qadura Fares, kepala Komisi Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina, menyatakan bahwa Israel berusaha membalas dendam kepada warga Palestina setelah peristiwa 7 Oktober, dan menyatakan bahwa Barghouti mungkin menjadi target "secara khusus" karena potensinya sebagai pemimpin masa depan.

Pemimpin tersebut menyampaikan kepada pengacaranya bahwa ia telah diserang dan dipukuli hingga pingsan, dan pengacaranya mengingat banyak memar di tubuhnya, bahu yang mungkin terkilir, dan rasa sakit yang terus-menerus.

AL MAYADEEN

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus