Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Pangkalan Militer Irak Diguncang Ledakan, Satu Tewas Puluhan Luka-luka

Ledakan mengguncang pangkalan militer Irak, sehari setelah klaim bahwa Iran diserang Israel.

20 April 2024 | 19.12 WIB

Anggota Pasukan Khusus Irak melakukan operasi militer 'Solid Will', saat melawan militan ISIS di gurun Anbar, Irak 23 April 2022. REUTERS/Thaier Al-Sudani
Perbesar
Anggota Pasukan Khusus Irak melakukan operasi militer 'Solid Will', saat melawan militan ISIS di gurun Anbar, Irak 23 April 2022. REUTERS/Thaier Al-Sudani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Satu orang tewas dan sedikitnya delapan orang terluka akibat pangkalan militer di Irak yang digunakan oleh Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) diguncang ledakan. PMF adalah pasukan yang bersekutu dengan Iran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

PMF mengatakan “serangan” pada Jumat malam menargetkan pangkalan militer Kalsu, yang terletak sekitar 50 km (31 mil) selatan ibu kota Bagdad di provinsi Babil (Babel). Video dan gambar dari lokasi kejadian menunjukkan ledakan besar yang juga membakar pepohonan di sekitarnya sehingga menyebarkan api. Rekaman dari dalam pangkalan pada Sabtu pagi menunjukkan kawah besar dan kerusakan infrastruktur serta kendaraan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam sebuah pernyataan, PMF mengklaim agresi Amerika mengebom pangkalan militer Kalso (Kalsu), yang terletak di dekat kota Iskandariya.

Militer Irak mengatakan pada hari Sabtu bahwa tidak ada drone atau jet tempur yang terdeteksi di wilayah udara wilayah Babil sebelum atau selama ledakan. Militer Amerika membantah laporan bahwa mereka berada di balik serangan udara di Irak.

Pemerintah Irak mengatakan sedang menyelidiki insiden tersebut. Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani saat ini berada di AS. Pangkalan tersebut juga menampung polisi federal Irak dan pasukan militer Irak.

Abdul Aziz al-Mohammedawi, kepala staf PMF, memeriksa pangkalan itu pada hari Sabtu. “Laporan komando pertahanan udara mengonfirmasi, melalui upaya teknis dan deteksi radar, bahwa tidak ada drone atau jet tempur di wilayah udara Babil sebelum dan selama ledakan,” kata militer dalam sebuah pernyataan.

Perlawanan Islam di Irak, kelompok payung angkatan bersenjata Irak yang menentang AS dan Israel, mengatakan pihaknya melancarkan serangan balasan pada Sabtu dini hari. Mereka merilis sebuah video yang menunjukkan sebuah drone diluncurkan pada malam hari dan mengklaim bahwa drone tersebut ditujukan pada “target penting” di kota pelabuhan Israel, Eilat.

Kelompok ini telah melancarkan puluhan serangan terhadap kepentingan AS dan Israel di seluruh wilayah setelah konflik di Gaza dimulai pada bulan Oktober. Namun mereka menghentikan sebagian besar serangannya sejak Februari setelah tiga tentara AS tewas dalam serangan pesawat tak berawak di sebuah pangkalan dekat perbatasan Suriah dengan Yordania.

Kelompok bersenjata Palestina Hamas dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu mengecam keras serangan tersebut. Menurut Hamas, serangan itu adalah pelanggaran kedaulatan Irak.

Rich Outzen, seorang peneliti di Dewan Atlantik, mengatakan bahwa kecil kemungkinannya AS akan melakukan serangan karena negara tersebut berusaha menahan ketegangan regional antara Iran dan Israel. “Serangan ini akan lebih sejalan dengan apa yang dilakukan Israel di bawah ambang batas serangan langsung terhadap Iran secara regional,” ujarnya.

Komando Pusat militer AS, dalam postingannya di X pada Sabtu pagi, membantah laporan bahwa AS melancarkan serangan udara di Irak. “AS belum melakukan serangan udara di Irak hari ini,” katanya.

Ledakan itu terjadi sehari setelah Iran mengatakan pihaknya menembak jatuh tiga quadcopter di langit pusat kota Isfahan dekat pangkalan militer tempat sejumlah jet tempur dan baterai pertahanan udara ditempatkan. Tak ada kerusakan atau korban jiwa akibat peristiwa itu. 

Israel diyakini berada di balik operasi Isfahan namun belum secara resmi mengakuinya.

REUTERS | AL JAZEERA 

Pilihan editor: 800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

Dewi Rina Cahyani

Dewi Rina Cahyani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus