Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang wanita ras kaukasoid berperilaku rasis dengan melarang dua mahasiswa asal Korea Selatan berbicara dengan bahasa Korea saat berdiskusi di warung kopi Starbucks di Bay Area, California, Amerika Serikat. Wanita ini kemudian diusir pekerja warung kopi itu karena dianggap sebagai biang keributan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sikap rasialis wanita itu direkam salah seorang mahasiswa yang dilarang berbicara dengan bahasa Korea dan diunggah di media sosial hingga viral dibaca lebih dari 1 juta oraang dan dibagikan lebih dari 500 kali pada Jumat pekan lalu.
Baca: Pameran Foto Kontroversial di Cina, Ini Kata Warganet
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Wanita tak diketahui namanya, mengutip Asia Correspondent pada 20 Desember 2017, saat itu sedang duduk dan di atas meja ada laptop dan beberapa buku.
Dekat meja wanita itu, Sean Lee, mahasiswa asal Korea Selatan dan studi di US Berkeley sedang memberikan bimbingan studi kepada Annie An, seorang mahasiswa asal Korea Selatan.
"Saya tidak mau dengar bahasamu. Ini Amerika. Gunakan hanya bahasa Inggris. Saya benci itu," ujar wanita itu ke arah dua mahasiswa itu.
"Jika kamu bisa duduk dan diam, ok, namun saya tak mau mendengar bahasamu. Stop bicara oriental," ujar wanita itu.
Baca: Dituding Bikin Iklan Rasis, Perusahaan Sabun Dove Minta Maaf
Pekerja warung kopi Starbucks kesal dan memintanya segera keluar karena ia sumber masalah, dan di warung itu orang bebas berbicara dengan bahasanya sendiri.
Tak terima, wanita itu sempat mengancam akan memanggil polisi. "Kamu akan dapat masalah jika surat ini keluar," kata wanita itu.
Sebagai catatan, populasi warga Kaukasoid merupakan mayoritas di Bay Area namun jumlah mereka menurun 10 persen dalam 27 tahun terakhir. Sementara populasi Asia-Amerika mengalami peningkatan.
Lee menyempatkan diri merekam saat wanita itu marah dan mengunggah rekaman peristiwa itu di akun Facebooknya.
"Teramat mudah untuk melupakan rasisme dan sentimen antiimigram sebagai hal nyata di negara ini, bahkan di Bay Area yang sering semuanya "beragam."