Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Newsletter

Mengapa Istilah Bersiap Jadi Kontroversi dalam Pameran di Rijksmuseum

Pameran "Revolusi! Indonesi Onafhankelijk" ("Revolusi! Indonesia Merdeka") dibuka di Rijksmuseum, Amsterdam, Belanda, pekan lalu.

3 Maret 2022 | 16.13 WIB

Mengapa Istilah Bersiap Jadi Kontroversi dalam Pameran di Rijksmuseum
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEROKA
3 Maret 2022

Mengapa Istilah Bersiap Jadi Kontroversi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Pameran “Revolusi! Indonesië Onafhankelijk” (“Revolusi! Indonesia Merdeka”) dibuka di Rijksmuseum, Amsterdam, Belanda, pekan lalu. Sebulan sebelumnya pameran ini menjadi kontroversial akibat artikel Bonnie Triyana yang menyebut kata “bersiap” dalam periode 1945-1947 mengandung rasisme.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bonnie adalah sejarawan yang menjadi kurator pameran itu. Ia bersama pengamat seni Amir Sidharta menjadi wakil Indoneisa yang menyeleksi karya-karya yang akan ditampilkan di pameran 11 Februari-6 Juni 2022 ini.

Artikel Bonnie yang muncul di NRC Handelsblad itu membelah Belanda: ada yang mendukung Bonnie tak sedikit yang tersinggung. Politikus sayap kanan bahkan melaporkan Bonnie ke polisi. Mengapa kontroversial? Pernahkah Anda mendengar “periode bersiap” dalam mata pelajaran di sekolah?

Terima kasih untuk Bonnie dan reaksi keras orang Belanda atas istilah itu. Orang Indonesia kini menengok kembali periode kekerasan setelah Proklamasi Kemerdekaan itu. Di mana rasismenya? Di mana kekerasannya? Apa konteks sejarah yang melatarinya?

Pameran ini penting mengungkap itu semua. Apalagi, pemerintah Belanda mengutus empat lembaga terhormat meneliti periode ini. Kolonialisme menghasilkan revolusi yang melahirkan kekerasan dari kedua belah pihak. Hingga pemerintah Belanda meminta maaf. Cukupkah permintaan maaf itu?

Kami mengulasnya dalam rubrik Selingan edisi pekan ini. Selamat membaca.

Nurdin Kalim
Redaktur Utama


Rijkmuseum, Pameran Revolusi, dan Polemik


Obyek Mengesankan dalam Pameran


Permintaan Maaf Perdana Menteri Belanda

Belum pernah terjadi hasil sebuah penelitian sejarah marak diliput semua media Belanda berminggu-minggu sebelum terbit dan mengakibatkan Perdana Menteri Belanda meminta maaf kepada Indonesia. Apa isi hasil penelitian itu?


Wawancara Bonnie Triyana

Nur Haryanto

Pemerhati olahraga, mantan wartawan Tempo

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus