Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

AHY Belum Terbuka Soal Pilpres, Pengamat: Meningkatkan Nilai Jual

Emrus menilai AHY perlu kerja keras dan memaksimalkan diri jika hendak menjadi calon presiden.

19 Februari 2020 | 09.54 WIB

Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Instagram
Perbesar
Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Instagram

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing, menilai sikap Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang belum secara terbuka menyatakan akan ikut Pilpres 2024 merupakan hal yang wajar. “Itu merendahkan diri, tapi meningkatkan nilai jual,” kata Emrus saat dihubungi Tempo, Rabu, 19 Februari 2020.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

AHY menyatakan masih fokus menjaring aspirasi masyarakat di seluruh Indonesia dan konsolidasi partai. Ia juga tak ingin berandai-andai mengenai Pilpres 2024 dan ingin mempersiapkan diri dalam melaksanakan tugas-tugas yang akan diembannya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pernyataan AHY, kata Emrus, bisa meningkatkan tanggapan positif dari publik. Sebab, AHY bisa dipersepsikan publik tidak haus kekuasaan sehingga menjadi citra yang positif.

Menurut Emrus, partai politik manapun, termasuk Demokrat, sebaiknya sudah mengajukan dan menyiapkan calon presiden yang akan diusungnya pada Pilpres 2024 sejak dini. Dengan begitu, para kandidat setidaknya punya waktu empat tahun dari sekarang untuk mensosialisasikan ide dan programnya ke masyarakat.

“Jangan nanti last minute menjelang pemilu 1 tahun baru calonkan nama A, B, C dan koalisi dengan partai. Itu sangat tidak baik dalam kehidupan demokrasi.” Meski begitu, Emrus menilai AHY perlu kerja keras dan memaksimalkan diri jika hendak menjadi calon presiden. Berkaca dari kekalahan di Pilkada DKI 2017 dan hasil suara Partai Demokrat yang menurun di 2019, akan sulit bagi AHY untuk mencalonkan diri dari sisi akseptabilitas.

“Jika dimaksimalkan 4 tahun ini dan menunjukkan gagasan rasional, terukur, dibutuhkan masyarakat dan bisa digunakan untuk memecahkan persoalan saya kira bisa mendongkrak akseptabilitas,” ujar Emrus.

 

 

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus