Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Pemerintah Australia melalui Australian Transaction Report and Analysis Center (AUSTRAC) telah mengkonfirmasi bahwa mereka bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk melacak dana yang diduga ditujukan untuk organisasi teroris.
"AUSTRAC dapat mengkonfirmasi bahwa saat ini sedang ada kerja sama dengan Australian Federal Police dan PPATK tentang aliran dana yang dicurigai terkait dengan organisasi teroris," kata seorang juru bicara AUSTRAC kepada AAP, Rabu, 25 Maret 2015. Hanya, sang juru bicara tak bisa memberikan keterangan lebih lanjut karena kerja sama sedang berlangsung.
Aliran dana tersebut, yang disimpan di Australia, dilaporkan terdeteksi selama operasi gabungan kedua lembaga negara itu. Uang itu diyakini dalam jumlah yang cukup besar, meskipun pihak berwenang kedua negara sejauh ini menolak untuk mengkonfirmasi berapa besarannya. Uang tersebut dicurigai akan digunakan untuk membiayai pendukung ISIS yang ada di Indonesia.
Wakil Ketua PPATK Agus Santoso mengatakan informasi tentang pihak-pihak di Indonesia yang menerima uang telah diserahkan ke Densus 88 Markas Besar Polri. Agus mencurigai aliran dana digunakan untuk kegiatan terorisme. Dia tak bersedia menyebutkan jumlahnya. Hanya, dia memastikan jumlahnya cukup signifikan. "Itulah sebabnya PPATK dan AUSTRAC merasa waspada dan khawatir," kata Agus, menurut laporan The Australian yang dikutip SBS.
Agus mengatakan aliran dana tersebut dimulai baru-baru ini dan melibatkan beberapa subyek. "Saya tidak tahu apakah itu dari jaringan ISIS. Itu adalah tugas Densus 88 untuk membuktikan," kata Agus.
AUSTRAC telah bekerja bersama PPATK sejak tahun 2002. "Kerja sama AUSTRAC dan PPATK adalah salah satu contoh bahwa AUSTRAC berkolaborasi dengan mitra di seluruh dunia dalam menjaga Australia dan dunia dari pendanaan terorisme dan kejahatan serius lainnya," kata seorang juru bicara AUSTRAC.
SBS.COM | MECHOS DE LAROCHA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini