Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Hate Spin, Cherian George: Intoleransi Kronis Harus Diperangi

Penulis buku berjudul Hate Spin, Cherian George membandingkan sikap intoleransi keagamaan terhadap kebebasan berekspresi.

2 Mei 2017 | 13.47 WIB

Cherian George , penulis buku  Hate Spin dalam diskusi Kebencian Berbasis Agama dan Tantangannya bagi Demokrasi di Gedung Tempo, Jakarta, 2 Mei 2017. Tempo/Rully Kesuma
Perbesar
Cherian George , penulis buku Hate Spin dalam diskusi Kebencian Berbasis Agama dan Tantangannya bagi Demokrasi di Gedung Tempo, Jakarta, 2 Mei 2017. Tempo/Rully Kesuma

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Penulis buku berjudul Hate Spin, Cherian George membandingkan sikap intoleransi keagamaan terhadap kebebasan berekspresi dan kurangnya kejelasan konseptual di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Adapun fokus peneliatan dalam hasutan kebencian, ia melihat efek dari permasalahan tersebut.

“Sayangnya, ini sudah jadi fenomena global. Kita bisa lihat di beberapa belahan dunia kita melihat banyak protes yang mengandung hasutan penghinaan, saat pembangunan tempat ibadah misalnya,” ujar George dalam siaran langsung dari Tempo Live dengan mengusung tema Kebencian Berbasis Agama dan Tantangannya bagi Demokrasi, Selasa, 2 Mei 2017.

Baca juga:
Ujaran Kebencian Makin Marak, Todung: Perlu Dibuat Regulasi

Penegakan Hukum Tak Efektif Melawan Ujaran Kebencian


Menurut dia, hasutan kebencian sering digunakan oleh para politisi untuk memobilisasi pendukung atau massa untuk menyerang kelompok sasaran. Senjata tersebut, kata Cherin, biasanya akan digunakan untuk meraih kepentingan politik suatu golongan. Contohnya saja, hasutan kebencian akan digunakan dalam suatu ajang pemilihan umum.

Hasutan kebencian ini, kata Cherian George, merupakan kasus khusus yang penyelesaiannya tidak bisa dilakukan cara mengikuti mekanisme open market ideas. Menurutnya, mekanisme tersebut sangat rentan menyerang pihak lain. Bukan tidak mungkin, kasus serupa akan didominasi oleh kelompok mayoritas untuk menekan minoritas.

Baca pula:
Hasil Survei, Orang Indonesia Paling Intoleran dengan LGBT

Intoleransi Menguat, Alissa Wahid Beri Saran untuk Anak Muda

Cherian George melihat kemarahan publik tersebut dikenal karena adanya ketersinggungan yang belum dikenal. Ia percaya bahwa Indonesia bisa tetap berada pada jalur demokrasi. Namun, ia menggarisbawahi hal penting bahwa hasutan kebencian bisa berhenti pada satu titik atau momen tertentu.

“Nampaknya terlalu naif jika kita percaya bahwa hasutan kebencian akan berhenti seiring dengan berhentinya masa-masa pemilihan umum. Pasalnya, ini akan menjadi masalah jangka panjang jika terus dibiarkan,” ujarnya di Gedung Tempo, Jakarta.

Ini bukan hal mudah karena sangat dipengaruhi oleh banyak pihak. Negara tidak boleh diam dan tidak melakukan apa-apa dalam mengatasi permasalahan tersebut. Meskipun sulit, Cherian George mengatakan pemerintah harus bergerak aktif dalam memerangi intoleransi.

LARISSA HUDA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dian Andryanto

Dian Andryanto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus