Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Hujan Lebat di Berbagai Daerah, Ini Cara Menangkal Sambaran Petir ala Dosen Teknik UMM

Salah satunya untuk menangkal petir dengan tidak menggunakan handphone, termasuk di dalam mobil.

27 November 2023 | 07.46 WIB

Ilustrasi hujan petir di Jakarta. Dok.TEMPO
Perbesar
Ilustrasi hujan petir di Jakarta. Dok.TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Musim hujan mulai tiba. Menghadapi perubahan cuaca ini, Dosen Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Machmud Effendy, mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Utamanya, saat hujan datang disertai petir. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dia mengatakan, secara prinsip, petir mengandung muatan listrik negatif sehingga akan selalu mengincar sesuatu yang memiliki muatan listrik positif, termasuk di antaranya bumi. Kelalaian masyarakat terhadap munculnya petir cukup berbahaya. Tak jarang pula, kehadirannya menimbulkan kerugian secara material hingga jatuhnya korban jiwa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Petir kerap mengincar bangunan-bangunan yang tinggi dan luas serta memiliki banyak aliran listrik. Bangunan itu berpotensi lebih besar terkena sambaran petir, seperti misalnya rumah tempat tinggal, fasilitas perkantoran, gedung olahraga, gedung pemerintahan dan gedung-gedung sejenisnya,” jelasnya dilansir dari situs UMM pada Senin, 27 November 2023.

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Machmud menyampaikan, manusia yang merupakan aktor utama perlu memiliki edukasi yang memadai terkait cara melindungi diri dari petir. Di antaranya dengan memantau ramalan cuaca secara berkala, menjauhi tempat terbuka ketika cuaca buruk, serta meminimalisir penggunaan listrik dan telepon genggam ketika sedang hujan.

"Penggunaan listrik dan telepon genggam yang menimbulkan radiasi berpotensi juga menjadi jalur bagi arus petir yang dapat membahayakan manusia. Termasuk juga ketika mengoperasikannya saat berada di dalam mobil,” tambahnya.

Selain menjauhi aktivitas yang berhubungan dengan kelistrikan, penggunaan penangkap atau penangkal petir juga menjadi salah satu solusi untuk mengurangi peluang terjadinya sambaran petir. Masyarakat kerap mengira bahwa kedua alat ini sama, tapi pada dasarnya berbeda.

Penangkap petir bekerja dengan cara menangkap petir yang menyambar, kemudian menyalurkan ke tanah dengan tegangan serendah-rendahnya. Sementara itu, penangkal petir menggunakan listrik tegangan yang sangat tinggi sehingga petir dapat langsung dimentahkan.

"Kesalahpahaan masyarakat ini menjadi bukti kurangnya edukasi dan mispersepsi tentang petir. Meski tujuannya sama, penangkap dan penangkal listrik memiliki fungsi yang berbeda," ujarnya.

Dia menjelaskan oenangkap listrik biasanya digunakan pada skala kecil menengah, seperti rumah tangga, industri mikro, hingga gedung perkantoran kecil. Penangkap listrik juga dinilai efisien karena jauh lebih terjangkau dari segi biaya.

Sementara itu, penangkal listrik membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal, bahkan mencapai dua puluh kali lipat. Hal tersebut disebabkan oleh mahalnya biaya pembelian alat yang mampu memproduksi listrik hingga tegangan lebih dari 40.000 volt.

“Di samping harganya yang cenderung mahal, alat penangkal listrik memiliki jangkauan yang sangat luas. 1 alat penangkal listrik dapat menjangkau bahkan hingga radius 50 meter, sehingga alat ini cocok untuk digunakan dalam lingkup yang lebih luas, seperti kawasan industri, kawasan perkantoran, pabrik dan gedung olahraga," ujarnya.

Alat tersebut, kata dia, juga memiliki berbagai keuntungan lain seperti penggunaan sistem elektro statis, sehingga pantulan listrik yang dihasilkan tidak menimbulkan radiasi apapun yang dapat membahayakan lingkungan maupun manusia.

Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus