Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy'ari menjelaskan alasan panelis debat capres-cawapres tidak diberikan ruang untuk memberikan pertanyaan lanjutan dari jawaban pasangan calon.
Menurutnya jika panelis diberi ruang untuk bertanya itu akan menghabiskan waktu debat. "Kalau seperti itu kesempatan antar-capres berinteraksi berkurang," kata Hasyim kepada wartawan di pelataran gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 11 Desember 2023.
Pada debat pertama yang menghadirkan tiga capres di Pilpres 2024 ini, KPU menyiapkan sebelas panelis. Fungsi panelis adalah menyusun pertanyaan kepada capres-cawapres. Tiga pasangan itu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md.
Selanjutnya, Hasyim menjelaskan bahwa yang dibutuhkan dalam debat adalah interaksi antarcalon. Maka format yang dibuat adalah enam segmen. "Dari segmen itu, empat segmen sendiri yang kemudian ada interaksi langsung antarcalon," tutur Hasyim.
Dalam format debat ini pasangan capres-cawapres hadir di arena debat. Namun yang boleh berdebat hanya capres atau cawapres yang punya porsi debat. Pertama, setiap pasangan calon diminta memaparkan program visi misi. Setelah itu paslon mengambil pertanyaan secara acak.
Pertanyaan itu akan dibacakan oleh moderator. "Kesempatan berikutnya pendalaman (paslon lain) dengan cara mengambil daftar pertanyaan secara acak," tutur dia. Pemandu debat itu berjumlah dua orang, yakni laki-laki dan perempuan.
Dalam enam segmen di setiap debat itu terdapat tiga pertanyaan yang disiapkan dalam masing-masing segmen. "Satu segmen ada tiga pertanyaan," ujar Hasyim. Misalnya, kesempatan pertama dimulai dari paslon A menjawab pertanyaan moderator. Maka, tugas paslon B dan C adalah menanggapi jawaban paslon A.
Setelah paslon B dan C memberikan tanggapan, paslon A diberi kesempatan menanggapi kembali. "Supaya clear di bagian perdebatan itu," tutur Hasyim. Menurut Hasyim, debat itu berjalan sesuai tema yang disediakan untuk didiskusikan.
"Jadi sekali lagi koridornya tema yang diajukan itu. Tentu masing-masing punya strategi bagaimana menjawab visi misi program yang sudah dirumuskan setiap paslon," tutur dia.
Sebelumnya, pakar hukum tata negara Bivitri Susanti, mengkritik porsi panelis yang tidak berubah dengan Pilpres 2019. Tak hanya menyusun pertanyaan, tapi panelis diberikan kesempatan untuk bertanya. Jika panelis dianggap sebagai orang dengan latar belakang keilmuan yang cukup, kata dia, seharusnya panelis diberi kesempatan mengulik jawaban capres. Tujuannya, kata dia, supaya pertanyaan itu terjawab.
Namun hal itu tidak mungkin terjadi jika para penyusun pertanyaan tidak dibolehkan bertanya. Sehingga apa yang mau diketahui masyarakat bisa terjawab dengan baik. "Tapi ini enggak, pertanyaan itu hanya dibaca oleh moderator terkenal, dan seperti time keeper aja. Nah, itu yang menurut saya enggak menarik," ucap Bivitri, saat dihubungi melalui sambungan telepon, pada Ahad, 10 Desember 2023.
Pilihan Editor: Debat Capres Cawapres Siap Digelar, Bagaimana Persiapan Anies-Cak Imin, Ganjar-Mahfud, Prabowo-Gibran?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini