Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Kisah Kemunculan Golput dalam Pemilu, Dipicu Rezim Orde Baru

Golput adalah singkatan dari golongan putih yang berarti memilih untuk tidak memilih saat pemilu. Begini mulanya.

16 Desember 2022 | 17.44 WIB

Ilustrasi golput. Rnib.org.uk
Perbesar
Ilustrasi golput. Rnib.org.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Istilah golput biasanya santer terdengar saat Pemilu. Golput adalah singkatan dari golongan putih yang berarti bersikap untuk tidak memilih. Sejarahnya, saat zaman Orde Baru, masyarakat ogah memilih tiga partai politik. Ketiganya yaitu Golkar, PDIP, dan PPP. Warna surat suara parpol tersebut berturut-turut yaitu kuning, merah dan hijau. Sedangkan kata 'putih' adalah sikap memilih warna putih.

Laman dataindonesia.id menyebutkan ada 34,75 juta orang yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golput dalam Pemilu 2019. Jumlah itu setara dengan 18,02% dari daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2019 yang sebanyak 192,77 juta orang.

Baca : Megawati : Kalau Mau Golput, Emang Kamu Makan dari Mana ?

Mengutip laman hukamnas.com golput dapat mencerminkan bangsa yang tidak berdemokrasi. Padahal seluruh lapisan masyarakat diberi kesempatan untuk bisa memilih, tetapi masyarakat memilih golput. Negara yang demokratis, namun dihuni oleh pihak yang tidak mau ikut serta dalam pesta demokrasi. 

Penggunaan hak suara semestinya digunakan dengan cerdas. Walaupun sederhana, tapi penyaluran hak  sebagai pemilih suara bisa menentukan masa depan negara kedepannya. Jika memilih golput, sama artinya dengan membuang  kesempatan untuk berkontribusi menentukan Indonesia lima tahun kedepan.

Golput dinilai bisa menghalangi kemajuan dikarenakan  program pemerintah yang tidak didukung masyarakat. Padahal, ada sebagian masyarakat yang menanti perubahan. Dana yang disiapkan untuk helatan Pemilu juga diabaikan begitu saj.a oleh masyarakat yang golput.

Disarikan dari berbagai sumber, ada beberapa kerugian golput. Diantaranya, kehilangan peran untuk memperbaiki nasib suatu negara atau daerah; Anggaran Pendapatan Bantuan Daerah atau APB terbuang sia-sia. Bahkan, kandidat terburuk bisa terpilih; bila golput saat pilpres, memunculkan celah bagi calon presiden untuk memobilisasi suara.

NOVITA ANDRIAN

Baca : Kenapa Kecewa lalu Golput ? Berikut Penjelasan Pemantau Pemilu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus